Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh, Selamat Datang di Blog-SITE "PIMPINAN RANTING GERAKAN PEMUDA ANSOR GEMAHARJO" Kec. Watulimo Kab. Trenggalek. Semoga Bermanfaat Untuk Kita Semua. Aamiin

Jumat, 24 Februari 2017

llmu agama dan ilmu kanuragan atau kesaktian ibarat dua sisi mata uang bagi warga Nahdliyin sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU). Keduanya tidak bisa dipisahkan. Sebab, seorang ulama, kiai, atau penganjur kebenaran, harus dibekali kemampuan lebih untuk menjaga diri ketika berdakwah. Maka wajar kemudian kisah-kisah kiai legendaris NU selalu lekat dengan ilmu kanuragan.
Banyak kiai NU yang selain dikenal memiliki ilmu agama mumpuni, juga dikenal sakti karena mengajarkan beladiri. Selain itu, kanuragan juga dibutuhkan semasa pergerakan kemerdekaan RI untuk melawan penjajah. Kisah kesaktian kiai dan santri pada masa perang kemerdekaan di Surabaya adalah contohnya.
Resolusi jihad NU menjadi pemicu meletusnya perang 10 November di Surabaya. Para pejuang kemerdekaan yang di dalamnya ada barisan pasukan Hizbullah--barisan para santri pondok pesantren yang dilatih perang untuk melawan penjajahan--menjadi kisah epik bagi para santri.
Berikut ini kisah-kisah kiai legendaris NU yang dikenal memiliki kesaktian ;
1. Gus Maksum, kiai sekaligus pendekar Bagi warga Nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU), nama Kiai Maksum Djauhari atau Gus Maksum, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, selain dikenal sebagai kiai juga dikenal sebagai pendekar. Sebab selain pandai mengaji kitab kuning, kiai nyentrik tersebut juga ahli dalam seni beladiri atau silat. Dari tangan Gus Maksum juga lah kemudian berdiri perguruan pencak silat NU, Pagar Nusa.
Dikutip dari Buku Antologi Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah NUKarya Soeleiman Fadeli dan Muhammad Subhan, semasa kecil Gus Maksum tidak hanya diisi dengan rutinitas mengaji. Namun dia juga gemar mengembara ke berbagai daerah di Pulau Jawa untuk berguru ilmu silat. Dari hasil pengembaraannya itulah beliau di masa dewasanya tampil menjadi pendekar legendaris di kalangan NU.
Penampilan Kiai NU ini terbilang nyentrik; berambut gondrong, jenggot dan kumis panjang, bersarung setinggi lutut, memakai bakiak, berpakaian seadanya dan tidak makan nasi. Di kalangan dunia persilatan, beliau dikenal sangat mahir dan menguasai berbagai aliran silat dengan sempurna. Konon saking saktinya sampai rambut beliau tidak mempan dipotong, mulutnya bisa menyemburkan api, mahir menaklukkan jin, mampu melemparkan sapi seperti melemparkan sandal, tidak mempan disantet, tidak mempan senjata tajam, dan lain sebagainya.
Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 12 Januari 2003. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman keluarga, sebelah barat masjid lama Ponpes Lirboyo. Kiai yang lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada 8 Agustus 1944 itu juga merupakan pendiri perguruan silat NU Pagar Nusa yang kini semakin banyak anggotanya di seluruh Indonesia.
2. Kiai Abbas Buntet, Cirebon Tokoh sentral NU lainnya yang dikenal sakti adalah Kiai Abbas Buntet. Pengasuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, itu selain mengajarkan kitab kuning juga mengobarkan semangat perjuangan mengusir penjajah Belanda.
Kiai Abbas adalah putra sulung Kiai Abdul Jamil yang dilahirkan pada hari Jumat 24 Zulhijah 1300 H atau 25 Oktober 1800 M di desa Pekalangan, Cirebon. Sedangkan Kiai Abdul Jamiladalah putra dari Kiai Mutaad yang tak lain adalah menantu pendiri Pesantren Buntet, yakni Mbah Muqayyim salah seorang mufti di Kesultanan Cirebon.
Pada dasarnya Kiai Abbas adalah keturunan ulama. Karena itu pertama ia belajar pada ayahnya sendiri, Kiai Abdul Jamil. Setelah menguasai dasar-dasar ilmu agama, baru pindah ke Pesantren Sukanasari, Plered, Cirebon di bawah pimpinan Kiai Nasuha. Setelah itu dia pindah lagi ke sebuah pesantren salaf di daerah Jatisari di bawah pimpinan Kiai Hasan. Setelah itu keluar daerah, yakni ke sebuah pesantren di Jawa Tengah, tepatnya di kabupaten Tegal yang diasuh oleh Kiai Ubaidah.
Setelah berbagai ilmu keagamaan dikuasai, selanjutnya ia pindah ke pesantren yang sangat kondang di Jawa Timur, yakni Pesantren Tebuireng, Jombang, di bawah asuhan Hadratusyekh Hasyim Asyari, tokoh kharismatik yang kemudian menjadi pendiri NU. Dia juga belajar ke Mekkah dan kembali bersama-sama dengan Kiai Bakir Yogyakarta, Kiai Abdillah Surabaya dan Kiai Wahab Chasbullah Jombang. Sebagai santri yang sudah matang, maka di waktu senggang Kiai Abbas ditugasi untuk mengajar pada para mukminin (orang-orang Indonesia yang tertinggal di Mekkah).
Bermodal ilmu pengetahuan yang diperoleh dari berbagai pesantren di Jawa, kemudian dipermatang lagi dengan keilmuan yang dipelajari dari Mekah, serta upayanya mengikuti perkembangan pemikiran Islam yang terjadi di Timur Tengah pada umumnya, maka mulailah Kiai Abbas memegang tampuk pimpinan Pesantren Buntet.
Ketika mengaji Kiai Abbas hanya beralaskan tikar. Namun demikian santri yang datang berjubel di langgarnya. Mereka berdatangan hampir dari seluruh pelosok daerah. Ada yang datang dari daerah sekitar Jawa Barat, Jawa Tengah bahkan juga ada yang dari Jawa Timur. Mereka bukan santri yang hendak menimba ilmu agama, melainkan inilah masyarakat yang hendak belajar ilmu kesaktian pada sang guru.
Dalam tradisi pesantren, selain dikenal dengan tradisi ilmu kitab kuning juga dikenal dengan tradisi ilmu kanuragan atau ilmu bela diri. Keduanya wajib dipelajari. Apalagi dalam menjalankan misi dakwah dan berjuang melawan penjahat dan penjajah. Kehadiran ilmu kanuragan menjadi sebuah keharusan. Oleh karena itu ketika usianya mulai senja, sementara perjuangan kemerdekaan saat itu sedang menuju puncaknya, maka pengajaran ilmu kanuragan dirasa lebih mendesak untuk mencapai kemerdekaan.
Kiai Abbas mulai merintis perlawanan dengan mengajarkan berbagai ilmu kesaktian pada masyarakat. Dengan mengajarkan ilmu kanuragan itu maka pesantren Buntet dijadikan sebagai markas pergerakan kaum Republik untuk melawan penjajahan. Mulai saat itu Pesantren Buntet menjadi basis perjuangan umat Islam melawan penjajah yang tergabung dalam barisan Hizbullah.
3. Kiai Amin, Ciwaringin Kiai NU lain yang juga dikenal memiliki karomah adalah Kiai Amin bin Irsyad atau lebih akrab dikenal sebagai Kiai Amin Sepuh. Lahir pada hari Jumat, 24 Dzulhijjah 1300 H, bertepatan dengan tahun 1879 M, di Mijahan Plumbon, Cirebon, Jawa Barat. Konon Kiai Amin termasuk ahlul bait, dari silsilah Syech Syarif Hidayatullah.
Seperti tradisi kiai-kiai NU lainnya, semasa kecil dia juga belajar ilmu agama dari satu pondok pesantren ke pesantren lainnya. Selain belajar ilmu agama, dia juga belajar ilmu kanuragan dari bapaknya sendiri, Kiai Irsyad yang wafat di Mekkah. Kemudian, setelah dirasa cukup menguasai dasar-dasar ilmu agama dan ilmu kanuragan dari sang ayah, beliau dipindahkan ke pesantren Sukasari, Plered, Cirebon di bawah asuhan Kiai Nasuha. Setelah itu dia pindah ke pesantren di Jatisari di bawah bimbingan Kiai Hasan.
Kemudian belajar ke Pesantren Kaliwungu Kendal, ke Pesantren Mangkang Semarang, ke Pesantren Bangkalan Madura di bawah asuhan Kiai Cholil. Di Bangkalan dia di bawah bimbingan Kiai Hasyim Asyari, yang mana pada waktu itu Kiai Hasyim masih tahassus (menyimak dan menggali pemikiran) kepada Kiai Cholil. Ketika Kiai Hasyim pulang dan mengajar ke Tebuireng, Kiai Amin pun ikut bertahassus ke sana.
Selanjutnya Kiai Amin belajar ke Mekkah. Berikutnya Kiai Amin menimba ilmu kepada Kiai Ismail bin Nawawi di Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon. Setelah menyelesaikan tahassus, kemudian dinikahkan dengan keponakan Kiai Ismail. Sehingga sepeninggal Kiai Ismail, Kiai Amin lalu meneruskan mengajar di pesantren.
Pada masa penjajahan, pesantren selalu menjadi basis perlawanan. Para santri menyebarkan informasi dari satu tempat ke tempat lain, dan tak jarang pula mereka menjadi garda depan melawan penjajah. Selain dikenal sebagai ulama, Kiai Amin juga dikenal sebagai pendekar yang menguasai ilmu bela diri dan kanuragan.
Ada kisah di kalagan warga Ciwaringin, dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya,Kiai Amin dan ulama lain di Cirebon ikut mengirim laskar ke Surabaya. Bahkan Kiai Aminsendiri ikut berangkat serta turut mengusahakan pendanaan untuk biaya keberangkatan. Kiai Amin ini bagi warga Nahdliyin sangat legendaris. Konon dalam perang di Surabaya itu dia tidak mempan senjata maupun peluru saat bertempur. Bahkan, dia juga dikabarkan tidak mati meskipun dilempari bom sebanyak 8 kali.
4. Karomah Kiai Hamid, Pasuruan Kiai Hamid Abdullah Basayban, Pasuruan, Jawa Timur, juga dikenal sebagai kiai NU yang memiliki karomah. Suatu ketika di masa Pemerintahan Orde Baru, Kiai Hamid diajak masuk ke partai pemerintah.
Namun dia menyambut ajakan itu dengan ramah dan menjamu tamunya dari kalangan birokrat itu. Namun ketika surat persetujuan masuk partai pemerintah itu disodorkan bersama pulpennya, Kiai Hamid tetap menerima dan menandatanganinya.
Anehnya pulpen yang disodorkan untuk tandatangan tersebut tidak bisa keluar tinta alias macet. Lalu digantilah dengan pulpen lain, tapi tetap tak mau keluar tinta dan seterusnya.
5. Karomah Gus Dur Terakhir adalah Kiai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Semua warga NU pasti mengenal figur satu ini karena pernah menjabat sebagai presiden. Namun demikian, selain dikenal sebagai kiai yang mengajar kitab kuning, Gus Dur juga dikenal sebagai politisi, budayawan, dan seniman. Bahkan Gus Dur juga dikait-kaitkan dengan kesaktian.
Dalam berbagai cerita, Gus Dur disebut-sebut memiliki karomah, salah satunya diceritakan Khoirul, sopir pribadi Gus DurDikutip dari www.nu.or.id, kisah kesaktian Gus Dur ini dialami waktu di jalan raya.
Suatu ketika, ia sedang berada di Majenang Cilacap mengantar Gus Dur dan beberapa orang anggota rombongan dalam dua mobil. Saat itu sudah jam 12 siang dan Gus Dur mengajak pulang karena di rumah ada tamu yang harus ditemuinya pada jam 13.00. Ia pun segera putar arah dan mobil rombongan di belakang mengikutinya di belakang. Karena sudah ada janji, ia ngebut, tetapi tak yakin bisa segera sampai di Ciganjur, tempat tinggal Gus Dur tepat waktu. Ia berpikiran, paling-paling bisa sampai di Jakarta pukul 3 atau 4 sore mengingat jaraknya sangat jauh.
Rute yang harus dilalui masih sangat jauh karena harus melewati kawasan Puncak yang jalannya kecil, berliku-liku dan naik turun. Apalagi saat itu belum ada Tol Cipularang. Ia pun tetap menggeber mobilnya secepat yang bisa ia lakukan. Mobil rombongan satunya di belakang tidak kelihatan, tampaknya sudah jauh ketinggalan. Singkat kata, sampailah mobil itu di rumah Gus Dur dan ia merasa lega selamat sampai di rumah. Ia menengok jam tangannya. Angka yang masih diingatnya sampai sekarang, "pukul 13.12 menit".
Jakarta Cilacap hanya ditempuh dalam waktu 1 jam lebih sedikit. Dan Gus Dur tidak terlambat menerima tamunya yang juga baru saja sampai. Rombongan mobil di belakangnya baru sampai di Ciganjur pukul 16.30, beda empat jam lebih dari perjalanannya.
Semoga kisah inspiratif tadi semakin menumbuhkan cinta kita terhadap NKRI & NU .
Aamiin.

Sumber : SIGAP GP ANSOR

Assalamu ’alaikum wr. wb.
Pagi, redaksi NU Online, saya ingin bertanya perihal menikahi wanita yang pernah berhubungan seksual dengan teman lamanya. Apakah lebih baik menunda dengan mencari wanita yang lebih baik atau dengan wanita tersebut? Mohon pencerahan serta kiat dan sarannya? Atas penjelasannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu ’alaikum wr. wb. (Fahri Maulana)

Jawaban
Assalamu ’alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Sebelum masuk ke pembahasan dari pertanyaan yang penanya sampaikan, kami akan menyinggung sekilas perihal perkawinan lebih tepatnya calon pengantin perempuan dalam hukum Islam.

Pada prinsipnya Islam tidak mengatur perempuan mana yang harus dinikahi seperti latar belakang suku, warna kulit, termasuk status gadis atau janda. Hanya saja Islam menyebut sejumlah perempuan yang haram untuk dinikahi.

Untuk menyebut beberapanya, kami mengutip salah satu karya Imam Al-Ghazali sebagai berikut ini.

الركن الثاني المحل وهي المرأة الخلية من الموانع مثل أن تكون منكوحة الغير أو مرتدة أو معتدة أو مجوسية أو زنديقة أو كتابية بعد المبعث أو رقيقة والناكح قادر على حرة أو مملوكة الناكح بعضها أو كلها أو من المحارم أو بعد الأربعة أو تحته من لا يجمع بينهما أو مطلقة ثلاثا ولم يطأها زوج آخر أو ملاعنة أو محرمة بحج أو عمرة أو ثيبا صغيرة أو يتيمة أو زوجة رسول الله صلى الله عليه وسلم

Artinya, “Rukun kedua nikah adalah calon istri. Ia adalah perempuan yang terlepas dari larangan-larangan (untuk dinikahi) seperti (ia bukan) (1) istri orang lain (2) murtad (3) dalam masa iddah (4) penganut Majusi (5) zindiq (6) ahli kitab setelah Nabi Muhammad SAW diutus (7) budak milik orang lain di mana calon suami mampu mengawini perempuan merdeka (8) budak milik calon suami itu sendiri baik separuh atau sepenuhnya dalam kepemilikan (9) salah satu dari mahram (10) calon istri kelima darinya (11) perempuan yang tak lain saudara (kandung, susu, atau bibi) dari istri calon suami (yang ingin poligami) di mana dilarang menghimpun dua perempuan bersaudara dalam satu perkawinan (12) istri talak tiga yang belum dinikahi (harus dijimak) laki-laki lain (13) istri yang dili’an (14) perempuan yang sedang ihram haji atau umrah (15) janda di bawah umur (16) bocah perempuan status yatim (17) salah satu istri Rasulullah SAW,” (Lihat Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Al-Wajiz fi Fiqhil Imamis Syafi‘i, Beirut, Darul Arqam, tahun 1997 M/1418 H, juz II, halaman 10).

Dari keterangan Imam Al-Ghazali tersebut, kami mencoba mengaitkan dengan status perempuan seperti yang ditanyakan. Hemat kami, wanita yang pernah berhubungan seksual dengan teman lamanya itu tidak termasuk dalam deretan perempuan yang haram untuk dinikahi. Dengan kata lain, menikahi perempuan itu tetap sah menurut hukum Islam. Sampai di sini problem hukumnya kami anggap cukup klir.

Meskipun secara fikih tidak bermasalah, tetapi kita perlu mengingat kembali tujuan syariat Islam dari perkawinan itu sendiri. Tujuan perkawinan menurut Islam adalah membina perjalanan panjang rumah tangga yang bahagia sepanjang ke depan setelah akad nikah.

Kami menyarankan sebaiknya kita mencari perempuan lain yang kita husnuzankan belum pernah berhubungan badan di luar ikatan perkawinan baik itu gadis maupun janda. Masalahnya, apakah kalau kita nekat mengawini perempuan yang kita sudah tahu berdasarkan pengakuannya misalnya pernah melakukan hubungan badan dengan orang lain, kita tidak akan menyesal di kemudian hari?

Kalau kita putuskan masalah ini untuk hari ini, mungkin kita tidak akan menyesal, atau bahkan merasa bahagia. Tetapi bagaimana di kemudian hari? Kami khawatir ketika cekcok suami-istri di suatu saat nanti, kita akan mengungkit masalah tersebut. Lain soal kalau kita menerima keadaan perempuan itu apa adanya per hari ini dan kemudian nanti. Tetapi kita tidak bisa memastikan hari nanti. Di sini letak absurditas manusia.

Di samping itu, kami khawatir kita suatu saat nanti di tengah kesepian malam atau terpisah oleh jarak untuk sementara waktu, penyesalan dan rasa was-was menyergap. Kalau sudah dihinggapi penyesalan dan was-was yang mencekam, kita kehilangan kepercayaan terhadap istri kita. Dan itu dapat mencederai kebahagiaan rumah tangga.

Kalau sudah begini, mafsadat bukan hanya menimpa suami-istri tersebut, tetapi juga bagaimana dengan anak-anak dan keluarga besar kita. 

Tetapi lagi-lagi keputusan ada di tangan kita. Mohon hal ini kita pikirkan baik-baik. Kami pun menyarankan baiknya kita melakukan shalat istikharah dan meminta petunjuk serta ketetapan hati kepada Allah. Kita juga perlu memperbanyak shalawat. Apapun hasilnya, kita husnuzan Allah memberikan pilihan yang terbaik untuk kita.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)


Sumber : NU.OR.ID

Kamis, 23 Februari 2017

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Redaksi NU Online yang saya hormati, kami ingin menanyakan sembahyang di masjid-masjid yang terdapat makam di balik tembok atau di dalamnya. Bahkan ada juga makam para wali di pelataran masjid. Bagaimana hukumnya? Soalnya ada yang bilang sembahyang itu harus di masjid yang benar-benar bebas dari makam di pekarangannya. Mohon keterangan lebih jelasnya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Karta/Bogor)

Jawaban
Assalamu ’alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Sejauh pengamatan kami, tidak ada larangan perihal pemakaman jenazah di pekarangan masjid. Karenanya umat Islam ketika memperluas masjid nabawi tidak bersusah payah memindahkan makam Rasulullah SAW. Dan mereka juga kemudian memakamkan dua sahabatnya, Abu Bakar As-Shiddiq RA dan Umar RA di dekat makam Rasulullah SAW. Dengan demikian makam ketiganya berada bukan lagi di pekarangan masjid, tetapi di dalam masjid.

Adapun kesahihan ibadah sembahyang di masjid yang terdapat makam di pekarangan atau di dalamnya tidak bergantung pada keberadaan makam itu sendiri. Kesahihan sembahyang di sana bisa dilihat dari seberapa jauh kelengkapan syarat dan rukun sembahyang itu sendiri.

Ada baiknya kita melihat pandangan Syekh Muhammad Ibarahim Al-Hafnawi yang bermadzhab Hanafi sebagai berikut.

الصلاة في المساجد التي بها أضرحة ومقابر لبعض الأولياء الصالحين صلاة صحيحة  متى استوفت الشروط واللأركان المقررة شرعا، لأن الصلاة لله تعالى وليست لصاحب الضريح أو القبر، ولا يمكن أبدا القول ببطلان الصلاة أو حرمتها في المساجد التي بها أضرحة، وإلا لوجب القول ببطلان صلاة المسلمين وحرمتها في المسجد النبوي الشريف حيث يضم قبره صلى الله عليه وسلم وقبر صاحبيه أبي بكر وعمر رضي الله عنه

Artinya, “Sembahyang di masjid yang di dalamnya terdapat makam para wali yang saleh adalah ibadah shalat yang sah sejauh syarat dan rukun yang ditetapkan menurut syara‘ terpenuhi. Karena, sembahyang itu ditujukan kepada Allah, bukan ahli kubur. Sehingga sampai kapan pun tidak mungkin berpendapat batal atau haramnya sembahyang di masjid yang ada makamnya. Kalau ada pendapat yang membatalkan dan mengharamkan sembahyang itu, niscaya batal dan haram pula sembahyang umat Islam di Masjid Nabawi di mana di dalamnya terdapat makam Rasulullah SAW dan dua sahabatnya, Sayyidina Abu Bakar RA dan Sayyidina Umar RA,” (Lihat M Ibarahim Al-Hafnawi, Fatawa Syar‘iyyah Mu‘ashirah, Kairo, Darul Hadits, cetakan ketiga, 2012 M/ 1433 H, halaman 160-161).

Dari penjelasan di atas, kita memahami betapa niat menempati posisi sangat penting di sini. Niat yang memuat kebulatan hati dan pemusatan pikiran dalam ibadah ditujukan kepada Allah SWT semata, bukan pada ahli kubur (meskipun ia seorang nabi, wali, dan orang saleh lainnya) yang terletak di pekarangan masjid.

Dari keterangan di atas juga, kita dapat menyimpulkan bahwa sembahyang itu di mana pun tempatnya tetap sah dengan catatan syarat dan rukunnya dipenuhi sesuai aturan syara’ (agama Islam) seperti lazimnya disebutkan dengan rinci di dalam kitab-kitab fikih.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)


Sumber : NU.OR.ID

*7 MACAM TEMAN*
(hanya 1 yg sampai di akhirat)

1. *"Ta’aruffan”* yaitu teman kenal scr kebetulan, seperti bertemu di kereta, halte bis, cafe dll

2. *"Taariiihan”*yaitu teman krn faktor sejarah, seperti teman sekampung, sekost, se'almamater dll.

3. *"Ahammiyyatan”*yaitu teman krn kpentingan, (teman bisnis, politik dll)

4. *"Faarihan”*yaitu teman krn sehobi (hobby motor, nyanyi, futsal dll.)

5. *"Amalan”*yaitu teman krn profesi, seperti dokter, guru dll.

6. *"Aduwwan”*yaitu teman yg terlihat seperti baik, tp sebenarnya penuh kekebencian..

7. *"Hubban Iimaanan”* yaitu teman yg suka *MENGINGATKAN-mu* serta *MENGAJAK-mu* selalu ke jalan Allah SWT

Dari ke 7 macam teman ini, no.1-6 akan sirna diakhirat, & yg tersisa hanya teman no.7

*-namun teman no.7 ini selalu dipandang sebelah mata, selain dinilai sok alim, juga tdk menghasilkan duniawi / materi*

padahal diakhirat nanti, temen no.7 inilah yg akan diberi SYAFAAT utk membantumu masuk ke dalam surgaNYA.. *persahabatan yang dilandaskan karena Allah (QS 49:10)*

*Apabila penghuni surga tdk menemui teman di dunianya, lalu bertanya kepada Allah SWT :

*_"Yaa Rabb...kami tidak melihat sahabatku yang sewaktu di dunia, shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami."_*

Maka Allah SWT berseru  :
*_"Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar dzarrah."_*
(HR Ibnu Mubarokh)

Semoga Allah SWT bisa mengumpulkn kita diakhirat di dalam Jannah Firdaus-Nya*

ﺁَﻣِﻴـٍـِـﻦْ ... ﺁَﻣِﻴـٍـِـﻦْ ... ﺁَﻣِﻴـٍـِـﻦْ ﻳَﺂﺭَﺏْ ﺁﻟٌﻌَﺂﻟَﻤِِﻴِﻦْ


Rabu, 22 Februari 2017

Berikut adalah sebagian dawuh Mbah Maimoen Zubair yang sempat saya kumpulkan sewaktu ngaji:

1. "Sampeyan sekolah model apapun, seng penting ojo ninggalno ngaji." (Anda sekolah yang bagaimanapun, terpenting jangan tinggalkan ngaji).

2. "Dzurriyatur Rasul kebanyakan tak terlihat, maka jangan menjelek-jelekkan orang Islam."

3. "Kulo gadah (punya) guru namine (namanya) KH. Abdullah bin Nuh. Beliau kalau mau mengajar harus muthalaah dahulu, padahal beliau sangat alim."

4. "Wong koq neng omah terus kaprahe ora sehat, mulane sekali-kali refreshing." (Umumnya orang yang kebanyakan di rumah itu tidak sehat, maka sesekali perlu refreshing).

5. "Kelompok yang menguasai dataran tinggi Golan maka akan menguasai dunia. Seperti yang terjadi saat ini, Yahudi sekarang yang menguasai dataran itu."

6. "Wong iku kudu duwe jiwa Nasionalis." (Orang itu harus punya jiwa Nasionalis).

7. "Jangan mengatakan negara Uni Soviet itu komunis. Pemerintahannya saja yang komunis. Karena dulu Uni Soviet itu terdiri dari banyak daerah seperti Uzbekistan, Turkmenistan, dll. yang mayoritas Muslim. Dan banyak ulama besar lahir di sana seperti Imam Bukhari, Imam Samarkandi, dll. Cuma Rusia yang non-Muslim."

8. "Setelah shalat Shubuh jangan tidur lagi, karena bisa menyebabkan faqir."

9. "Kalau kamu ditanya alamat oleh seseorang jawablah dengan alamat desamu, jangan kotamu dulu. Karena ulama-ulama itu bangga dengan desanya."

10. "Kiai iku kudu iso moco kitab kosongan." (Kiai itu harus bisa membaca kitab kuning gundul).

11. "Ora kudu pinter bercakap-cakap bahasa Arab. Seng kudu iku biso moco tulisan Arab lan paham." (Tidak harus pandai bercakap bahasa Arab. Yang harus adalah bisa membaca tulisan Arab dan paham).

12. "Syaikh Ihsan Jampes iku ngalim, iso ngarang kitab Sirajut Thalibin. Ngalime koyo ngono tapi ngomong-ngomong Arab gak patek lancar." (Syaikh Ihsan Dahlan Jampes Kediri itu alim, mampu mengarang kitab Siraj ath-Thalibin. Beliau yang begitu alimnya saja dalam percakapan bahasa Arab kurang begitu lancar).

13. "Wong wareg iku angel ngalime." (Orang yang kenyang itu sulit menjadi alim).

14. "Gusti Allah ojo mbok tuntun." (Allah Swt. jangan didikte).

15. "Wong seng apik iku wong seng ora berubah waktu seneng utowo susah." (Orang yang baik itu orang yang tidak berubah sewaktu suka ataupun susah).

16. "Al-Quran keterangane kadang dibolan-baleni. Mulane wong koq bosen karo al-Quran berarti lemah imane." (Al-Quran keterangannya terkadang diulang-ulang. Maka, jika ada orang yang bosan terhadap al-Quran pertanda lemah imannya).

17. خير الامور وسط # حب التناهي غلط . "

Yang terbaik dalam segala sesuatu adalah yang moderat (pertengahan) # Sedangkan suka pada penghinaan adalah suatu kesalahan."

18. "Nek arep ngomong ojo waktu jengkel." (Kalau mau berbicara jangan di saat marah).

19. "Orang yang kamu ikuti itu kudu seng pinter agomo (harus yang pandai agama/seorang ulama).

20. "Kanjeng Nabi walaupun sebagian paman-pamane kafir lan mungsuhi (memusuhi), tetapi Beliau (Saw.) tetap bersilaturahim pada mereka."

21. "Kudu biso moco (harus bisa baca kitab) Fathul Mu'in lan Fathul Qarib."

22. "Biso parek karo Allah iku dengan bil ilmi wattaqwa." (Bisa dekat dengan Allah itu dengan ilmu dan ketakwaan).

23. "Ora do iso moco kitab koq arep gawe Khilafah." (Tidak bisa baca kitab kuning koq mau membuat/mendirikan Khilafah!).

24. "Ora usah sombong, seng kurikulum ben kurikulum, pancen wes wayahe. Seng penting Sampeyan ngaji." (Tidak usah sombong, yang memakai sistem kurikulum biarkan saja dipakai, memang sudah waktunya. Yang penting Anda ngaji).

25. "Wong-wong sholeh walaupun faqir mereka tetep nyaman seperti Syaikh Abil Hasan asy-Syadzili."

26. "Apik-apike ke-futuh iku melek dalu karo moco kitab kerono Allah Ta'ala." (Terbukanya hati (futuh) itu paling baiknya terjaga di malam hari sambil baca kitab dengan ikhlas).

27. "Omah nek dinggoni sholat sunnah jembar rizqine." (Rumah jika dipakai untuk shalat sunnah maka rizkinya luas).

28. "Duwe anak iku apike jumlahe sedengan, yo ora akeh yo ora sitik. Mergo Kanjeng Nabi pernah ditakoi sahabat tentang urip susah. Nabi jawabe: كثرت العيال وقلة المال. (Punya anak sebaiknya berjumlah yang cukup/sedang, tidak banyak juga tidak sedikit. Karena Nabi pernah ditanya oleh sahabat tentang hidup susah, maka jawab Nabi Saw.: "Banyak anak sedikit rizki/harta.").


SUPPORTED BY

MUTIARA HIKMAH

“Ingatlah.. Allah selalu memberikan kelebihan dibalik kekurangan. Allah selalu memberikan Kekuatan dibalik kelemahan.”

“Ketika perjalanan hidup terasa MEMBOSANKAN. Maka Allah menyuruh kita untuk banyak BERSYUKUR.”

“Ketika kesedihan menjatuhkan AIR MATA Maka Allah meminta kita untuk berusaha TERSENYUM .”

“Kegagalan dalam hidup merupakan salah satu proses untuk menuju sukses.”

TERJEMAHKAN

Diberdayakan oleh Blogger.

NU PEDULI

INFO KARTANU ATM

POST ANSORUNA

PEPELING

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Luqman: 34)