- Sholat Maghrib berjamaah (di tempat turba)
- Dzikir dan Tahlil bersama
- Sambutan Ketua GP Ansor Ranting Gemaharjo
- Ceramah Ilmiah
- Doa
- Sholat Isya Berjamaah, dan
- Dilanjutkan Musyawarah Lanjutan Pembahasan Program GP Ansor Gemaharjo
Sabtu, 11 Maret 2017
- Sabtu, Maret 11, 2017
- Unknown
- Berita, Dokumentasi
- Sabtu, Maret 11, 2017
- Unknown
- Berita, Dokumentasi
Tuan
Puisi karya: Afi Nihaya Faradisa
.
Tuan berdasi dan berkemeja
Sungguh kami ternganga
Saksikan sosokmu di layar kaca
Senyummu manis disorot kamera
Kami saksikan pula wajah-wajah bahagia
Di foto kunjunganmu ke negara tetangga
Senin ke Singapura, selasa ke Amerika
Saat kau di jalan, kau juga lambaikan tangan
Bersama rombongan Tuan menyapa
Dari mobil-mobil yang berkilap diterpa cahaya
Menuju tempat rayakan keberhasilan
Atas berjalannya program pemerintahan
.
Tuan, kiranya engkau lupa
Karena sibuk memperindah citra
Selama bermasa-masa
Kami hilang dari pandangan mata
Tergerus bisingnya retorika negara
.
Lihatlah!
Di sudut kota, Bi Siti menyeka air mata
Sebab anaknya berhenti sekolah karena biaya
.
Di dekat Sukabumi, Mang Udin menabur melati
Pada nisan istrinya yang mati jadi TKI
.
Di kampung seberang, gadis-gadis kehilangan masa depan
Sebab para hidung belang telah mengendusnya sejak setengah matang
.
Di dekat perigi, Budi kecil sibuk mencuci keladi
Sebab emak tak lagi menanak nasi
.
Lalu, Tuan,
Apalagi yang bisa kami lakukan
Selain menggugat kenyamanan kalian
Ketika hak tak terpenuhi
Ketika bahagia tak terbeli
.
Ah, kami tak berani bermimpi
Di atas janji yang tak pernah terealisasi
Kami hanya menunggu dalam keheranan
Kemana jutaan orang yang dulu turun ke jalan
Mengapa kali ini mereka bungkam
Melihat Tuan merampok triliunan
*) Ket. : EFI NIHAYA FARADISA
Siswa SMAN 1 Gambiran - Banyuwangi
Jumat, 10 Maret 2017
- Jumat, Maret 10, 2017
- Unknown
- Kabar Trenggalek
Pada Selasa (7/3) 2017, saya berkesempatan menjadi pembicara dalam acara The 3rd International Conference Planning in the Era of Uncertainty (ICPEU) Sustainable Nation di Universitas Brawijaya, Malang. Pada ICPEU Ketiga ini saya bersama Dr. Ir. Surjono MTP, dari Universitas Brawijaya, Prof. Mamoru Shibayama dan Prof. Masaaki Okamoto dari Kyoto University membahas isu seputar perencanaan wilayah dan perkembangan kota. Tema "Urban & Regional Planning in Trenggalek Regency" saya pilih, karena Indonesia memiliki potensi luar biasa dan tak terkecuali wilayah urban. Trenggalek sebagai salah satu representasinya, meski didominasi kehidupan agraris dan pedesaan, merupakan bagian poros maritim dunia, sehingga berpotensi menjadi daerah pusat ekonomi baru.
Untuk itu Trenggalek memiliki konsep segitiga pembangunan yaitu Pusat Kota (Kec. Trenggalek), Kota Maritim Baru Prigi (Kec. Watulimo), dan Kota Perdagangan Baru (Kec. Panggul). Kami yakin Trenggalek dapat bertransformasi menjadi jalur dagang penghubung kota-kota besar dan menjadi kota pelabuhan terbesar di Selatan Jawa. Pemerintah akan fokus pada optimasi public service berbasis IT, pemeliharaan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur integratif, Good Governance dan membangun konektivitas lokal antar wilayah yang akan memperkecil jarak antara fasilitas kota dan desa sehingga semakin banyak warga yang betah tinggal di daerah tanpa perlu melakukan urbanisasi. Yang kemudian kita dapat menjaring talenta terbaik untuk membangun daerah. Hal ini tentu memerlukan kesiapan dari kedua belah pihak.
Masyarakat Trenggalek tercinta, sebagai pemimpin saya harus siap menerima aspirasi masyarakat pada program kerja sekaligus mengedukasikannya secara kontinyu. Meski memerlukan waktu, masyarakat pun harus siap mengubah mind set-nya agar dapat berkooperatif dan ikut serta. Kini, masyarakat pun semakin memahami pentingnya perombakan infrastruktur dan ahli geologis untuk meneliti daerahnya. Saya yakin, kedekatan emosional antara pemimpin dan rakyatnya menciptakan mutual trust yang menjadi aspek termahal dalam membangun Trenggalek. Untuk itu mari kita jaga bersama dan saling membumi, demi inovasi yang memberikan perubahan. (Foto: Universitas Brawijaya)
Sumber : Page FB Emil Elistianto Dardak
Priiitt....
"Tolong tunjukkan SIM nya!" Kata polantas. Dgn wajah kesal si pengemudi berkata "Maaf pak, saya tau kalau saya salah karena menerobos lampu merah. Tapi tolong, saya jangan ditilang, pak. Saya buru-buru karena hari ini anak saya ulang tahun" kata Ari bernada cemas sambil menatap wajah si polantas terrsebut, yang ternyata adalah teman sekolahnya di SMA.
"Lho .. kau kan si Tono, kita temen SMA dulu!" kata Ari dengan nada lega.
Tapi Tono si polantas tersebut hanya senyum sambil tetap bersikukuh
meminta SIM Ari.
Dengan wajah kecewa Aripun memberikan SIMnya kemudian langsung masuk ke dalam mobilnya dan menutup kaca pintunya rapat-rapat.
Sementara Tono menulis sesuatu di kertas tilang. Beberapa saat kemudian, Tono mengetuk kaca pintu mobil Ari.
Dengan ekspresi yang masih nampak kecewa Aripun membuka kaca pintu mobilnya hanya sedikit, hanya cukup untuk Tono menyelipkan kertas tilang. Tono pun memberikan kertas lewat kaca yang terbuka hanya sedikit itu, lalu pergi tanpa berkata sepatah katapun
Sambil menggerutu karens kesal, Ari membuka kertas tersebut, tapi... "Hei..., apa ini? kenapa SIM saya dikembalikan? Dan... ini kertas apa...?" Gumam Ari.
Segera Ari membuka kertas pemberian Tono tersebut, dan ternyata Tono tidak menilangnya. Tono justru menulis surat yang isinya : "Hai Ari, kau tau gak, dulu saya punya anak satu-satunya yang meninggal ditabrak oleh "Penerobos Lampu Merah"
Pengemudinya dihukum 9 bulan. Setelah bebas ia dapat berkumpul dan memeluk anaknya lagi. Sementara saya... saya
tidak dapat lagi melihat apalagi memeluk anak saya...! Beribu kali saya mencoba untuk memaafkan pengemudi itu... tapi tidak bisa. Maafkan saya Ari. Hati-hati di jalan. Titip salam buat keluargamu dan selamat ulang tahun buat anakmu!"
Tak terasa air mata haru menetes usai membaca surat Tono. Setelah Ari mampu menguasai perasaannya, Ari pun keluar dari mobilnya dan bergegas hendak menjumpai Tono di pos polantas dekat traffic light. Namun ternyata Tono sudah tidak ada di pos polantas tersebut
Selama mengemudi, sepanjang jalan, perasaan hati Ari tak menentu. Dalam hati dia berjanji akan mencari dan menemui Tono untuk minta maaf, karena telah berprasangka buruk, menganggap Tono sudah lupa dan tak mau lagi mengenal temannya.
MORAL MESSAGE OF THE STORY:
Tak selamanya pengertian kita, sama dengan pengertian orang lain. Terkadang 😂 "SUKA" kita, justru 😢 "DUKA" buat orang lain.
#operasisemeru2017
Disalin dari Page FB LGMI Trenggalek
Kamis, 09 Maret 2017
- Kamis, Maret 09, 2017
- Unknown
- Kabar Trenggalek
Trenggalek - Komunitas pelajar korban kecelakaan lalu lintas dibentuk Satuan Lalu Lintas Polres Trenggalek. Komunitas ini dibentuk guna memberikan dorongan semangat bagi korban kecelakaan lain yang masih trauma.
"Dalam komunitas ini untuk sementara ada 30 pelajar korban laka lantas yang kami satukan. Mereka akan saling berbagi pengalaman, bagaimana menjalani hari-hari pascakecelakaan, sehingga tidak minder lagi," kata Kepala Satlantas Polres Trenggalek, AKP Heru Sudjio Budi Santoso, Selasa (7/3/2017).
Komunitas unik ini menjadi menarik, karena satu sama lain memiliki latar belakang yang sama yakni korban kecelakaan. Dari situlah muncul banyak pengalaman yang bisa dibagikan kepada masing-masing anggota.
Heru menjelaskan, anggota komunitas terdiri dari berbagai kategori luka, mulai luka ringan hingga berat. Saat dikumpulkan beberapa waktu yang lalu, pihaknya juga memberikan kesempatan tiga korban kecelakaan untuk testimoni secara langsung terkait kejadian kecelakaan yang menimpanya.
Rencananya, keberadaan komunitas itu juga akan dikembangkan untuk memberikan edukasi kepada pelajar maupun masyarakat lain tentang pentingnya mematuhi aturan atau UU Lalu Lintas. Sehingga tidak menjadi korban keganasan jalan raya berikutnya.
"Yang perlu diingat, rambu-rambu, aturan maupun UU dibentuk demi keselamatan pengguna lalu lintas. Kami melakukan razia juga demi keselamatan para pengguna jalan," ujarnya kepada detikcom.
Pihaknya berharap, komunitas korban laka lantas tersebut akan memberikan manfaat besar bagi para korban maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Pengalaman langsung dari korban menurut Heru biasanya akan lebih diperhatikan masyarakat.
(fat/fat)
Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3440065/polres-trenggalek-bentuk-komunitas-pelajar-korban-laka-lantas
Imam al-Muzani (175-264 H) merupakan santri langsung dari Imam Al-Syafi'i. Imam Syafi'i menyebutnya sebagai "pembela mazhabku". Beliau menuliskan kitab Mukhtashar yang tersebar luas sebagai panduan ringkas memahami mazhab Syafi'i. Setelah menulis Bismillahirrahmanirrahim, Imam Muzani memulai kitabnya dengan kalimat
اخْتَصَرْت هَذَا الْكِتَابَ مِنْ عِلْمِ مُحَمَّدِ بْنِ إدْرِيسَ الشَّافِعِيِّ - رَحِمَهُ الله
Kalimat di atas bermakna penegasan bahwa apa yang dia tulis dalam satu jilid kitab ini hanyalah merupakan ringkasan dari apa yang beliau pelajari dari Imam Syafi'i.
Ini adalah tawadhu' seorang santri kepada sang kiai.
Seratus tahun kemudian, seorang ulama terkenal dari Mazhab Syafi'i yang bernama al-Mawardi (362-448 H) menulis kitab al-Hawi al-Kabir berisikan 20 jilid yang memberi syarh (penjelasan) atas kitab Mukhtashar Muzani. Imam al-Mawardi ini seorang Ketua Mahkamah Agung yang menulis kitab tafsir al-Nukat wa al-'Uyun dan tentu saja yang sangat terkenal yaitu kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah.
Imam al-Mawardi memulai kitab al-Hawi al-Kabir dengan menuliskan lafaz basmalah, kemudian doa "Allahumma yassir wa a'in Ya Karim" kemudian mengucapkan hamdalah. Setelah itu beliau mencantumkan pembelaan dari mereka yang menyerang Imam Muzani. Apa pasal?
ابْتَدَأَ الْمُزَنِيُّ بِهَذِهِ التَّرْجَمَةِ فِي كِتَابِهِ فَاعْتَرَضَ عَلَيْهِ فِيهَا مِنْ حُسَّادِ الْفَضْلِ مَنْ أَغْرَاهُمُ التَّقَدُّمُ بِالْمُنَازَعَةِ، وَبَعَثَهُمُ الِاشْتِهَارُ عَلَى الْمَذَمَّةِ، وَكَانَ مِمَّنِ اعْتَرَضَ عَلَيْهِ فِيهَا النَّهْرُمَانِيُّ وَ المغربي و القهي وَأَبُو طَالِبٍ الْكَاتِبُ، ثُمَّ تَعَقَّبَهُمُ ابْنُ دَاوُدَ فَكَانَ اعْتِرَاضُهُمْ فِيهَا مِنْ وُجُوهٍ؛ فَأَوَّلُ وُجُوهِ اعْتِرَاضِهِمْ فِيهَا أَنْ قَالُوا: لِمَ لَمْ يَحْمَدِ الله تعالى
تَبَرُّكًا بِذِكْرِهِ وَاقْتِدَاءً بِغَيْرِهِ، وَاتِّبَاعًا لِمَا رَوَاهُ الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ قُرَّةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ - قَالَ: كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَمْ يُبْدَأْ فِيهِ بِحَمْدِ اللَّهِ فَهُوَ أَبْتَرُ .
Rupanya menurut para "haters" --meminjam istilah yang tren di medsos saat ini-- mengapa Imam Muzani tidak memulai kitab Mukhtashar dengan kalimat hamdalah padahal menurut satu riwayat Hadis Nabi dari Auza'i: "semua perkerjaan penting yang tidak dimulai dengan Alhamdulillah akan terputus (dari rahmat Allah)."
Sisi tawadhu' Imam Muzani dalam kalimat pembuka kitabnya justru dipersoalkan. "Haters" telah memelintirnya dengan menganggap kitab ini tidak barakah. Ketimbang mengulas isi kitabnya, mereka malah menyerang kalimat pembukanya. Di sinilah Imam al-Mawardi membela Imam al-Muzani dengan memberikan lima jawaban.
Pertama, kalau pertanyaan kepada Imam Muzani itu merupakan pekerjaan penting, mengapa pula yang bertanya tidak memulainya dengan hamdalah, dan kalau tidak penting mengapa pula harus dibahas?!
Kedua, meninggalkan hamdalah itu keliru, tapi Imam Muzani tidak keliru karena beliau hanya tidak menuliskan lafaznya saja di awal kitab, bukan berarti meninggalkan puji-pujian kepada Allah sama sekali. Imam Muzani bahkan shalat dua rakaat setiap selesai menulis satu bab --indikasi Imam Muzani tidak melupakan koneksi dengan Allah.
Ketiga, lafaz hamdalah tidak ditulis di awal kitab, tetapi tetap ditulis oleh Imam Muzani dalam bagian lain kitabnya. Beliau menulis: "Alhamdulillahilladzi la syarika lahu, alladzi huwa kama washafa wa fawqa ma yasfihu bihi khalquh...."
Keempat, menurut Imam al-Mawardi yang dimaksud mengucapkan hamdalah itu intinya adalah mengingat Allah, dan ini sudah terwakili oleh Imam Muzani ketika memulai kitabnya dengan Bismillahirrahmanirrahim.
Kelima, konteks Hadis memulai dengan hamdalah itu adalah saat berkhutbah, bukan menulis kitab. Kalau diartikan harus memulai dengan hamdalah di semua hal maka menurut Imam Mawardi wahyu pertama yang Nabi Muhammad terima saja ayat Iqra' bukan dimulai dengan hamdalah. Apa mungkin kemudian antara ucapan dan perbuatan Nabi saling bertentangan dan apa berani kita mengatakan al-Qur'an itu terputus dari rahmat Allah karena ayat pertamanya bukan diawali dengan hamdalah? Dan lagipula kalau benar yang tidak memulai hamdalah pada kitabnya akan terputus dari rahmatNya, nyatanya kitab yang ditulis Imam Muzani ini sangat terkenal dan bermanfaat dibanding yang lainnya.
Demikian pembelaan Imam al-Mawardi. Saya hendak menambahi bahwa serangan semacam itu bukan hanya dialami Imam Muzani tapi juga dialami oleh Imam Bukhari. Dalam Kitab Fathul Bari yang men-syarh kitab Shahih Bukhari dikupas bagaimana Imam Bukhari yang memulai kitabnya dengan menulis Bismillahirrahmanirrahim mendapat serangan dari pihak lain. Mereka mempersoalkan kenapa tidak memulainya dengan hamdalah. Ibn Hajar kemudian memberikan pembelaannya terhadap Imam Bukhari.
Kembali kepada serangan terhadap Imam Muzani, pertanyaannya siapa sih yang mengkritik beliau soal hamdalah ini? Imam Mawardi menyebut beberapa nama di antaranya al-Nahrumani dan al-Maghribi. Jelas ini hanya nickname bukan nama lengkap. Jadi siapa para "haters" itu? Mungkin pada masa Imam al-Mawardi kedua panggilan ini sudah mafhum diketahui. Tapi kita yang hidup 900 tahun kemudian tentu bertanya-tanya.
Pelacakan saya untuk al-Nahrumani itu boleh jadi nama lengkapnya Najmuddin Muhammad al-Shalihi al-Nahrumani, yang merupakan Ulama mazhab Hanbali ( Wahabi juga mengklaim bermadzhab Hambali ). Bagaimana dengan al-Maghribi? Kemusykilannya biasanya kitab-kitab mazhab Syafi'i menyebut al-Maghribi itu kepada Ibn Hazm al-Andalusi dari mazhab Zhahiri. Ada kemungkinan yang dimaksud al-Maghribi dalam kitab al-Mawardi ini adalah al-Husain bin 'Ali bin al-Husain al-Wazir Abul Qasim yang wafat tahun 418 H sebelum masanya al-Mawardi. Benar atau tidaknya, ya meneketehe lah hehe...
Nah, pelajaran penting: dunia pengetahuan hanya akan mengenang mereka yang berkarya. Para "haters" yang biasanya hanya mengkritik dan tidak melahirkan karya penting dan berkualitas mereka akan dilupakan sejarah. Ratusan tahun kemudian anak cucu kita akan kesulitan melacak siapa mereka. Karena itu jangan hiraukan "haters", teruslah kita produktif berkarya dan sejarah akan mencatat karya dan pengabdian kita. Insya Allah!
Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
Sumber : Page FB Generasi Muda NU
Rabu, 08 Maret 2017
- Rabu, Maret 08, 2017
- Unknown
- Kabar Trenggalek
Pada hari Senin (6/3) saya bersama Pemkab, BBPJN dan Dirjen Binamarga Kementrian PUPR, Bapak Arie Setiadi melakukan safari infrastruktur berkala di Trenggalek. Lokasi pertama yang kami tinjau adalah jalan amblas di KM 18 Raya Trenggalek – Ponorogo. Hal ini telah diantisipasi cepat dengan memasang bronjong batu sepanjang 300 meter di sisi jalan sebagai penahan tanah, agar keretakan tanah tidak semakin parah. Sementara dalam menangani kondisi tebing jalan di Raya Trenggalek – Ponorogo, kami sangat serius dan berhati-hati dengan memastikan kondisi tanah terlebih dahulu. Yaitu dengan mendalami geoteknik tanah di lokasi, untuk mendapat dasar penyusunan Detailed Engineering Design (DED), yang dilakukan demi mengambil penangan yang tepat.
Kami juga meninjau lokasi rencana pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS)/Pansela di ruas Trenggalek yang pada 2017 pembangunannya direncanakan akan menghubungkan Kec. Munjungan dengan Kec. Watulimo. Keseluruhan pembangunan JLS ini ditargetkan oleh Kementerian PUPR akan rampung pada 2019. Pemkab Trenggalek juga telah membantu menyelesaikan proses penataan lahan dengan Kementerian Kehutanan. Saya beserta Pemkab pun mengucapkan terima kasih kepada Pak Dirjen yang telah berkenan meninjau langsung kegiatan Direktorat Bina Marga di Trenggalek.
Masyarakat Trenggalek yang saya cintai, peribahasa berat sama dipikul, ringan sama dijinjing tentu menjadi filosofi dalam pembangunan Trenggalek. Dana pembangunan infrastruktur yang sempat terkendala kini didukung dana pinjaman Islamic Development Bank. Semua terwujud karena doa, usaha, koordinasi dan kerja sama masyarakat, Pemkab dengan berbagai pihak. Insya Allah, kami tidak mempunyai hambatan lain dan akan fokus menentukan desain optimal untuk efisiensi dan klasifikasi dari JLS ini nantinya.
Foto: Humas Trenggalek
Sumber : Page FB Emil Elistanto Dardak
SURABAYA | duta.co – Bukan hanya Banser dan GP Ansor yang sibuk menolak dai-dai wahabi takfiri. Pemuda Muhammadiyah juga memiliki sikap yang sama. Demi menjaga persatuan dan Kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI), dai-dai takfiri, yang menanggap dirinya paling benar, suka menjelek-jelekkan kelompok lain, itu harus ditolak.
“Ini membahayakan persatuan umat, membahayakan kelangsungan NKRI. Situasi harmoni, damai, santun yang dimiliki bangsa ini harus dijaga betul. Para dai jangan hanya sibuk bicara furuiyah, menjelek-jelekkan, atau bahkan mengkafirkan kelompok lain. Kalau itu yang terjadi, umat pasti menolak,” kata Sholikhul Huda, Ketua Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM), Jawa Timur, kepada duta.co Rabu (08/03/2017).
Ketua Pusat Studi KH Mas Mansur Surabaya yang, kini sibuk meneliti keterkaitan Kiai Mas Mansur dengan Mbah Wahab (tokoh NU) tersebut, mengatakan, bahwa, penolakan dai-dai takfiri itu seharusnya menjadi pelajaran bagi seluruh dai kita. Dengan begitu mereka tidak sembarangan berbicara. “Dia sekarang harus berpikir maju, memiliki referensi yang benar, bukan merasa paling benar,” tambahnya.
Kalau gerakan penolakan GP Ansor mencuat saat menghadapi Khalid Basalamah di Sidoarjo, warga Muhammadiyah juga sibuk menolak pengajian Firanda Andirja di Malang. Firanda sendiri masuk daftar dai-dai wahabi yang dinilai suka menjelekkan bahkan menuduh kafir kelompok lain.
Berita di situs resmi Muhammadiyah, pwmu.co, menurunkan artikel tentang kerukunan umat Islam di Malang yang mendapatkan ujian ketika DR Firanda Andirja datang ke kota ini. Salah seorang pengajar di Masjid Nabawi itu dijadwalkan berbagi ilmu di Masjid Ahmad Yani. Namun, akhirnya dibatalkan untuk sementara waktu, karena ada penolakan dari masyarakat.
“Masjid Ahmad Yani yang semula mengagendakan kajian dengan Ustadz Firanda dengan tema ‘Mensyukuri Nikmat Aman di NKRI’, pada pukul 08.30–11.15 WIB,” cerita ujar DR Zainul Mujahid kepada pwmu.co tentang jadwal bertanggal 5 Maret 2017 itu.
Namun, kata Zainul Mujahid, karena Firanda sudah berada di Malang, maka acara dipindah ke Masjid Manarul Islam, Sawojajar. Di sini pun keberadaan Firanda masih dimonitor. “Maka kami segera merapatkannya bersama takmir, yayasan, dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sawojajar,” ujar Zainul Mujahid.
Begitu mendengar Ustadz Firanda akan melaksanakan salat Subuh di Masjid Manarul Islam, masih kisah Zainul, takmir langsung mempersiapkan segala sesuatu dalam rangka menghormati tamu itu. Termasuk menggeser jadwal kajian Subuh agar diserahkan kepada Ustadz Firanda.
“Akhirnya, diagendakanlah kajian Subuh oleh ustadz Firanda sebagai bentuk penghormatan pada orang alim yang bertamu. Dan, undangan pun disebar lewat media sosial,” tambah Zainul sambil menyatakan info lokasi salat Subuh Firanda ini didapat setelah Maghrib yang kemudian disebar via WhatsApp.
Namun, malam hari Sabtu atau Ahad dini hari, beberapa orang kepemudaan mendatangi takmir masjid. Mereka meminta agar acara kajian Subuh itu dibatalkan dengan alasan pengisinya adalah pembawa misi Wahabi.
Terjadilah perdebatan antara dua komponen yang ingin melanjutkan dan membatalkan acara kajian, terutama kaum mudanya. Untuk meredam adu mulut yang memanas, DR Dwi Agus Sujimat, berusaha menengahinya. Tim Ahli Majelis Ekonomi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang itu dengan lembut mengatakan bahwa hubungan antarumat Islam harus dibangun atas dasar kebaikan, bukan dengan permusuhan.
“Demi menjaga ukhuwah Islamiyah dan memohon keridlaan dari Allah SWT, maka acara ini dipending dulu,” jelas Zainul.
Karena pembatalan itu sangat mendadak, maka subuh hari Ahad itu pun, masjid dipenuhi dengan para jamaah. Baik dari dalam maupun kota Malang. Mereka berjubel di dalam masjid itu untuk mendirikan salat Subuh berjamaah plus Kajian Subuh.
Untuk menjaga situasi tetap kondusif dan ukhuwwah islamiyyah terjaga, akhirnya Ustadz Firanda yang sebenarnya sudah berada di sekitar masjid itu pun tidak jadi mengisi Kajian Subuh.
“Hikmah yang diambil dari kejadian ini, justru semalam kami bisa dialog langsung dengan para tokoh NU dan para Habaib. Kami sharing banyak hal, termasuk memberikan pemahaman pada mereka. Kami sekarang terus menjalin komunikasi dengan baik agar ada kesepahaman bersama,” lanjut Zainul tentang hikmah tersembunyi di balik penolakan itu. (mky,pwmu)
Sumber : Page FB Generasi Muda NU
- Rabu, Maret 08, 2017
- Unknown
- Ke-BANSER-an, Opini
Selasa, 07 Maret 2017
- Selasa, Maret 07, 2017
- Unknown
- Bahtsul Masail, Dalil Amaliyah, Ubudiyah
Dalil yang menerangkan adzan jum’at dalam al-Qur’an surat al-Jumu’at ayat 9;
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah Swt. dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Jumu’at ayat 9).
Dua adzan yang dilaksanakan sebelum shalat jum’at pertama kali dilaksanakan pada zaman sahabat Utsman ra., karena pada saat itu semakin bertambahnya jumlah penduduk dan jarak pemukiman penduduk dengan masjid yang jauh serta aktifitas perdagangan yang semakin pesat, sehingga adzan yang semula satu kali (dikumandangkan saat imam di atas mimbar) menyebabkan banyak dari mereka ketinggalan shalat jum’at. Dengan pertimbangan di atas, kemudian sahabat Utsman menambah adzan lagi di tempat lain yang tinggi (menara). Hal ini diterangkan dalam kitab shahih Bukhari
Dari al-Zuhri, ia berkata; saya mendengarkan dari Saib bin Yazid ra. Beliau berkata . sesungguhnya pelaksanaan adzan pada hari jum’at pada masa Rasulullah Saw, sahabat Abu Bakar dan Umar hanya satu kali, yaitu dilakukan ketika imam duduk di atas mimbar. Namun ketika masa khalifah utsman dan kaum muslim semakin banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan adzan yang ketiga. Adzan tersebut dikumandangkan di atas Zaura’ (nama pasar) maka tetaplah perkara tersebut sampai sekarang (Shahih al-Bukhari, juz 1 halaman 315 hadits nomor 916).
Dengan demikian disunnahkan adzan dua kali sebelum shalat jum’at, yakni adzan pertama sebelum khatib naik mimbar dan adzan kedua pada saat khatib sudah naik mimbar. Hal ini merupakan hasil ijtihad sayidina Utsman ra. dengan pertimbangan supaya tidak ada yang tertinggal dalam shalat jum’at. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Fathu al-Mu’in.
Disunnahkan adzan dua kali untuk shalat shubuh, yakni sebelum fajar dan setelahnya. Dan jika hanya mengumandangkan satu kali, maka yang utama dilakukan setelah fajar. Dan sunnah adzan dua kali untuk shalat jum’at. Yang pertama setelah khatib naik ke mimbar dan yang ke dua sebelumnya. (Fathu al-Mu’in, hal.15)
Kesimpulannya adalah bahwa adzan dua kali pada hari jum’at itu bukan merupakan bid’ah, sebab perbuatan itu memiliki landasan atau dalil yang kuat dari salah satu sumber hukum Islam, yakni ijma’ para sahabat. Wallohu a'lam bis shawab.
Link Asal :
http://www.facebook.com/groups/382134218524606/permalink/465522383519122/
Sumber :
http://fiqhsalafiyyach.blogspot.com/2013/03/adzan-dua-kali-sebelum-shalat-jumat.html?m=1
- Selasa, Maret 07, 2017
- Unknown
- Bahtsul Masail, Dalil Amaliyah, Ubudiyah
t;
MUTIARA HIKMAH
“Ingatlah.. Allah selalu memberikan kelebihan dibalik kekurangan. Allah selalu memberikan Kekuatan dibalik kelemahan.”
“Ketika perjalanan hidup terasa MEMBOSANKAN. Maka Allah menyuruh kita untuk banyak BERSYUKUR.”
“Ketika kesedihan menjatuhkan AIR MATA Maka Allah meminta kita untuk berusaha TERSENYUM .”
“Kegagalan dalam hidup merupakan salah satu proses untuk menuju sukses.”