Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh, Selamat Datang di Blog-SITE "PIMPINAN RANTING GERAKAN PEMUDA ANSOR GEMAHARJO" Kec. Watulimo Kab. Trenggalek. Semoga Bermanfaat Untuk Kita Semua. Aamiin

Sabtu, 04 Maret 2017

JawaPos. com - Para orang tua dan siswa di Trenggalek harus bersabar. Niat pemerintah menyediakan layanan bus sekolah baru bisa dinikmati sekitar Mei mendatang. Dana untuk pengadaan kendaraan operasional pendidikan tersebut mencapai Rp 1,75 miliar.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Kusprigianto menyatakan, pihaknya memang menganggarkan pengadaan bus sekolah tersebut dalam APBD 2017. Tujuannya, meminimalkan penggunaan kendaraan bermotor di kalangan pelajar.

Selain itu, kata dia, dengan adanya kendaraan sekolah, laka lantas yang melibatkan anak-anak sekolah bisa dicegah dan ditekan. ’’Diharapkan awal tahun pelajaran baru sudah bisa digunakan,’’ katanya.

Kuspri menjelaskan, dalam hal pengadaan kendaraan tersebut, dikpora menjadi pihak yang menganggarkan. Teknis pelaksanaan atau pengoperasian nanti ditangani dinas lain, yakni dinas perhubungan.

Anggaran Rp 1,75 miliar tersebut akan dirupakan empat unit kendaraan sejenis minibus. Untuk gambaran sementara, empat kendaraan itu nanti mengangkut anak sekolah dari tempat atau wilayah yang berbeda. Ada empat rute yang akan dilalui kendaraan sekolah tersebut, yakni Kecamatan Tugu, Gandusari, Durenan, dan Karangan, yang semua bertujuan akhir Trenggalek Kota.

’’Memang belum semua bisa diakomodir. Tetapi, minimal bisa mengurangi kerawanan kecelakaan pada pelajar,’’ terang dia.

Berdasar data kepolisian, terdapat 9.533 kasus pelanggaran lalu lintas pada 2016. Jumlah itu naik sekitar 5.388 kasus pelanggaran dari tahun sebelumnya (2015) yang hanya 4.145 kasus.

Ironisnya, pelanggar yang mendominasi adalah kelompok usia remaja atau pelajar. Yakni, pelanggaran tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM) mencapai 5.098 kasus dan tidak menggunakan helm 1.028 kasus. (hai/rka/c5/diq)

Sumber: http://www.jawapos.com/read/2017/03/02/113427/kucurkan-rp-175-m-untuk-4-bus-sekolah


Bagaimana mungkin bisa punya anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya, kalau orang tuanya saja ingkar dan tidak pernah mendatangi para kyai, ulama dan orang saleh.

Ayah Imam Ghazali itu bukan ulama, akan tetapi beliau hormat, mendekat dan mencintai ulama. Meskipun penghasilannya tidak seberapa, beliau menyisihkan untuk membeli manisan yang ia hadiahkan kepada para ulama, seraya memohon kepada Allah agar dianugrahi anak sholeh seperti ulama-ulama yang ia kagumi.

Allah menganugrahinya dua putra yang sholeh, keduanya menjadi ulama besar, keduanya terkenal di dunia Islam. Pertama, Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, kedua Ahmad bin Muhammad al-Ghazali. Orang biasa bisa melahirkan dua orang hebat karena cinta dan hormatnya kepada para ulama.

Kita sekalian meskipun orang biasa, bukan keturunan Kiai, bukan keturunan ulama, bisa mempunyai anak-anak yang sholeh. Jangan berkecil hati, berdoa, dan mendekatlah kepada para kyai, para ulama. Allah Maha mendengar, akan mengabulkan doa hamba--hambaNya.

ﺭﺏ ﻫﺐ ﻟﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ

”Ya Rabb-ku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang sholeh.
(QS. Ash-Shaffaat: 100)


~KYAI SAKTI ANTI AIR~

Gara-Gara Sopirnya Mengantuk,
KH Mahrus Ali Lirboyo Bersama Mobilnya Terjatuh Dan Tenggelam Di Tengah Bengawan Solo, Sembayat Gresik,

Rombongan Yang Mengikuti Di Belakang Mobil Yang Ditumpangi KH Mahrus Ali, Semua Pada Panik Termasuk Bupati Gresik Ketika Itu, Bagaimana Nasib Beliau?
Akhirnya Mereka Berinisiatif Mendatangkan Mobil Derek Dari Surabaya, Padahal Perjalanan Mobil Derek Menuju Lokasi Lumayan Jauh Memakan Waktu Beberapa Jam Lamanya,

Setelah Mobil Derek Sampai Di Lokasi, Ditariklah Mobil Yang Tenggelam Keatas, Sesampai Diatas, Pintu Mobil Dibuka, Subhanallah KH Mahrus Ali Mala Sedang Merokok,

"Ternyata Merokok Menghidupkanmu, Tidak Membunumu" Canda KH Chalwani Barjan, Shohibul Hikayat,

Sedikit Saja, Tidak Ada Air Yang Masuk Ke Mobil KH Mahrus Ali, Semuanya Segar Bugar, Sampai-Sampai Berita itu Dimuat Di Jawa Pos Dan Surabaya Pos, "Ada Kyai Anti Air" itulah Karomah KH Mahrus Ali Lirboyo, Subhanallah Luar Biasa !!

Al-Fatihah...

Dikutip dari berbagai sumber


Segala puji bagi Allah, salawat dan salam disampaikan kepada Rasulullah.

Yang Mulia Bapak Ketua DPR RI, saudara-saudariku yang terhormat.

Assalamualaikum WR.WB.

Izinkan saya untuk mengawali sambutan saya ini dengan menyampaikan penghargaan kami yang setinggi-tingginya kepada pemerintah dan rakyat Indonesia yang bersahabat, atas keberadaan saya bersama para hadirin sekalian.

Sesungguhnya kunjungan ke negara Yang Mulia kali ini yang diawali dengan kunjungan serupa yang dilakukan oleh saudara saya Yang Mulia Bapak Presiden ke Kerajaan Arab Saudi dan saling tukar menukar kunjungan antara para pejabat tinggi di kedua negara.

Ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kerja sama di seluruh bidang yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua bangsa kita yang bersahabat.

Para hadirin sekalian,

Sesungguhnya tantangan yang kita hadapi khususnya bagi umat Islam dan dunia secara umum, seperti fenomena terorisme, benturan peradaban, (the clash of civilizations), tidak adanya penghormatan terhadap kedaulatan negara serta melakukan intervensi terhadap urusan dalam negerinya telah mengharuskan kita untuk menyatukan barisan dalam menghadapi tantangan ini serta melakukan koordinasi dalam melakukan berbagai upaya dan sikap yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan kita bersama serta keamanan dan perdamaian dunia.

Penutup, saya ingin menyampaikan apresiasi atas peran Dewan Yang Terhormat dalam meningkatkan hubungan antara kedua negara kita yang bersahabat di seluruh bidang, saya juga memberikan apresiasi atas penandatangan sejumlah kesepakatan dan MoU antara kedua negara dalam kunjungan kali ini.

Saya berdoa kepada Allah SWT semoga senantiasa memberikan taufik dan ridho Nya kepada kita sekalian.

Sumber : Page FB K.H. Maman Imanul Haq


Jumat, 03 Maret 2017

MEMIMPIN DENGAN PERILAKU
Oleh : Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung)
----------------------------
via Kabag Humas Pemkot Bandung di kuliah umum ESDM.

Kepemimpinan terbaik menurut Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil adalah memimpin dengan akhlak dan keteladanan. Bagi dia, dengan memberi contoh yang baik, ia akan lebih mudah memberi pengaruh yang baik bagi yang dipimpinnya.

"Inilah yang susah. Sebagai wali kota, saya adalah wajah bagi warga Bandung. Maka perilaku saya harus mencerminkan perilaku warga yang positif," tutur Ridwan Kamil saat menjadi pembicara kegiatan One Hour University di hadapan para kader Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, Jl. Cisitu Lama Kota Bandung, Rabu (1/3/2017).

Karena dijadikan teladan, maka seorang pemimpin harus bijak dalam mengambil keputusan. Sebab dalam pandangan Emil, panggilan akrab Wali Kota Bandung, kualitas kepemimpinan berada pada akumulasi dari keputusan yang diambil.

"Kualitas Kepemimpinan adalah akumulasi dari kualitas keputusan. Jika dia rutin mengambil keputusan yang berdampak positif, maka kepemimpinannya punya nilai baik. Jika sebaliknya, maka kepemimpinannya belum baik," katanya.

Oleh karena itu, ia sebisa mungkin menghadirkan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi orang banyak, terutama warganya sendiri. Setiap hari, ia mengukur kadar keputusan yang ia ambil, apakah membawa kebaikan atau tidak.

"Karena tugas pemerintah itu hanya dua, yakni membawa perubahan dan mengakselerasi kemajuan. Jika belum baik, maka kita ubah jadi baik. Jika sudah baik, maka kita percepat kemajuan itu," jelasnya.

Dilihat dari segi pemerintahan, pria lulusan University of California Amerika Serikat itu mengemukakan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik adalah ketika perubahan itu justru datang dari warganya. Perubahan tidak perlu melulu harus berasal dari pemerintah.

"Kalau masalah warga bisa diselesaikan oleh warga sendiri, itu berarti hebat. Pemerintah itu cuma regulator," katanya.
Maka dari itu, dalam masa pemerintahannya, ia sangat mengedepankan pastisipasi dari masyarakat dalam menentukan arah kebijakan Kota Bandung. Ia membentuk banyak tim penasehat Wali Kota yang berasal dari berbagai elemen masyarakat.

"Saya memfasilitasi ruang-ruang bagi masyarakat Bandung yang pintar-pintar untuk turut memberikan gagasan dalam hal pembangunan. Ada 12 tim kebijakan wali kota yang setiap saat saya minta pertimbangannya. Jadi, dalam membangun kota ini saya tidak one man show," jelasnya.

Dalam paparannya, Ridwan memotivasi para pegawai Kementerian ESDM agar senantiasa mencintai pekerjaan. Sebab dari mencintai pekerjaan, akan muncul semangat dan nilai-nilai positif dalam berkarya.

"Karya adalah apa yang akan kita wariskan ketika sudah tidak lagi memegang jabatan kita saat ini. Maka cintailah hidup dan jangan menua tanpa karya," tandasnya.


JAKARTA- Amaliyah Nahdlatul Ulama (NU) kembali dipertentangkan oleh kelompok-kelompok berideologi transnasional. Media sosial menjadi tempat provokasi membid’ahkan bahkan mengharamkan amaliyan nahdliyyin salah satunya tahlil.
Umat islam Indonesia dan nahdliyyin harus berani membantah tudingan tersebut. Tahlil secara istilah mengirim doa kepada orang yang sudah meninggal. Tahlil sangat jelas berisi rangkaian bacaan AlQuran dan Alhadits.
Ibnu Taimiyah yang menjadi rujukan kelompok yang mengharamkan juga memberikan sebuah pandangan tentang bacaan keluarga mayit. Seperti dalam kitab Majmu’ al-Fatawa XXIV/165 yang kita kutip di aswajanucenterjatim.
(وَسُئِلَ) عَنْ قِرَاءَةِ أَهْلِ الْمَيِّتِ تَصِلُ إلَيْهِ ؟ وَالتَّسْبِيْحُ وَالتَّحْمِيْدُ وَالتَّهْلِيْلُ وَالتَّكْبِيْرُ إذَا أَهْدَاهُ إلَى الْمَيِّتِ يَصِلُ إلَيْهِ ثَوَابُهَا أَمْ لاَ ؟ (فَأَجَابَ) يَصِلُ إلَى الْمَيِّتِ قِرَاءَةُ أَهْلِهِ وَتَسْبِيْحُهُمْ وَتَكْبِيْرُهُمْ وَسَائِرُ ذِكْرِهِمْ ِللهِ تَعَالَى إذَا أَهْدَوْهُ إلَى الْمَيِّتِ وَصَلَ إلَيْهِ وَاللهُ أَعْلَمُ (مجموع الفتاوى لابن تيمية 24 / 165)
“Ibnu Taimiyah ditanya mengenai bacaan keluarga mayit yang terdiri dari tasbih, tahmid, tahlil dan takbir, apabila mereka menghadiahkan kepada mayit apakah pahalanya bisa sampai atau tidak? Ibnu Taimiyah menjawab: Bacaan keluarga mayit bisa sampai, baik tasbihnya, takbirnya dan semua dzikirnya, karena Allah Ta’ala. Apabila mereka menghadiahkan kepada mayit, maka akan sampai kepadanya”.
Jika masih mendengar kelompok transnasional mengharamkan tahlil karena berasal dari budaya agama nenek moyang, akan terbantahkan oleh kesaksian Mantan Dubes Indonesia untuk Maroko, H. Tosari Widjaja. Tosari mengatakan Di Maroko yang 98% penduduknya adalah umat muslim, tidak pernah ditemukan jejak keberadaan Hindu maupun Budha, tapi disana tetap ada ritual tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, dan seterusnya untuk selamatan kirim doa bagi orang-orang yang baru meninggal.
“Dengan demikian klaim sebagian kalangan bahwa ritual yang umum diamalkan Nahdliyyin di Indonesia berasal dari Hindu atau Buddha gugur dengan sendirinya,” ujar Tosari.
Mereka yang mengharamkan tahlil beranggapan bahwa Tahlil itu adalah bid’ah karena di masa Nabi Muhammad SAW tidak adanya istilah dan di dalam Al-Qur’an pun tidak ada pengertian. Padahal pengertian dan istilah tahlil.
Seperti yang di sebutkan dalam hadits Tahlil Adalah Doa Untuk Mayit;
قَالَتْ عَائِشَةُ وَارَأْسَاهْ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « ذَاكِ لَوْ كَانَ وَأَنَا حَىٌّ ، فَأَسْتَغْفِرُ لَكِ وَأَدْعُو لَكِ » (البخارى )
“Aisyah berkata: ‘Aduh kepalaku sakit’. Rasulullah bersabda: ‘Jika kamu wafat dan saya masih hidup, maka saya mintakan ampunan untukmu dan akan mendoakanmu” (HR al-Bukhari).
Dalam hadits diatas menjelaskan bahwa jika kita menjenguk orang sakit atau takziyah orang meninggal, kita setidaknya mendoakan orang tersebut. Dalam hadits lain juga menerangkan bahwasanya bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala.
Seperti yang disebutkan dalam hadits sedekah untuk almarhum
وَعَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – . أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِىِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِنَّ أُمِّى افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ ، فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ ». ‏‏‏متفق عليه‏.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa seseorang bertanya kepada Nabi Saw: Ibu saya meninggal mendadak. Saya yakin andai ia bisa bicara maka ia akan bersedekah. Apakah beliau dapat pahala jika saya bersedekah atas nama beliau? Nabi menjawab: Ya. (Muttafaq Alaih)
Hadits diatas menjelaskan jika kita bersedekah atas nama orang yang meninggal dunia maka orang yang meninggal tersebut mendapatkan pahala. Bukan hanya bersedekah dengan uang bahkan dzikirpun termasuk juga sedekah seperti yang dijelaskan oleh Hadits berikut bahwa dzikir Adalah sedekah:
إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَة (مسلم )
“Rasulullah bersabda: Sesungguhnya dengan setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap amar makruf adalah sedekah, setiap nahi munkar adalah sedekah (HR Muslim)

Sumber : SEPUTAR NU

JAKARTA- Alkisah, inilah pertama kalinya, Kiai Solikin, seorang kiai yang tinggal di kampung diminta menjadi narasumber dalam sebuah Seminar ‘Membangun Keluarga Sakinah’ di sebuah hotel bintang lima. Selama ini Kiai Solikin lebih dikenal sebagai Imam sebuah musholla kecil di kampung. Namun demikian, pengetahuannya yang luas tentang keagamaan dan cara menjelaskannya yang keren, membuat dirinya mulai dilirik sebagai narsumber seminar.
Dengan pakaian batik lengan panjang dan kopiah hitam yang sudah mulai luntur, Kiai Solikin pun memulai ceramahnya:
“Hadlirin-hadlirot.. para peserta Seminar, rohimakumullah.” Dan Sang Kiai memulai seminar dengan joke-joke segar ala NU. “Hadlir-in.. itu artinya hormat saya untuk yang duduk di dalam ruangan ini,”. “Adapun.. Hadlir-out” adalah hormat saya untuk para peserta yang membludak dan berdiri di luar ruangan ini”. “Cocok dengan Kamus Bahasa Inggris yang saya bawa di saku, “in” artinya di dalam, dan “out” artinya di luar”
Grrrrr.. Peserta pun tak tahan meledak tertawa bebas.
Kiai Solikin melanjutkan:
“Ada 4 tipe keluarga para Nabi yang dapat kita jadikan contoh:
1. Tipe keluarga Nabi Nuh as dan Nabi Luth as, suaminya sholeh, istrinya tidak.
2 . Tipe keluarga Firaun, Istrinya solehah suaminya tidak.
3. Tipe keluarga Nabi Ibrahim as, suami istri soleh dan solehah, dan anak keturunannya menjadi orang soleh.
4. Tipe keluarga Abu Lahab, suami dan istri sama sama durhaka.
Kemudian kiai bertanya kepada para peserta yang kebetulan didominasi perempuan: “Ibu ibu mau seperti yang mana?”
Ibu- ibu peserta dengan senyum dan serentak yakin menjawab: “Keluarga Ibrahim!!!!”
Kiai Solikin berkata:
“Keluarga Nabi Ibrahim as itu Istrinya ada 2, yaitu Siti Sarah dan Siti Hajar.
Dan ibu-ibu pun terdiam dan manyun.
*Dikutip dari IG Sekjen PBNU (DR. H. A. Helmy Faishal Zaini)

JAKARTA- Kabar gembira bagi warga nahdliyyin dan nahdliyyat. PBNU menyediakan ekartanu untuk mempermudah transaksi sehari-hari. Ekartanu bisa didapatkan dengan donwload di play store smartphone berbasis android.
“Sekarang warga NU bisa memanfaatkan ekartanu untuk membeli pulsa dengan harga sangat murah. Bisa melakukan pembayaran dan beramal,” tutur Sekjen PBNU H. A. Helmy Faishal Zaini di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (18/11).
Saat ini, lanjutnya masih tersedia di seluler berbasis android karena iphone masih dalam proses. Helmy menambahkan aplikasi ekartanu masih terus dikembangkan.
“Saat ini fitur beli pulsa, beramal dan pembayaran yang sudah bisa dimanfaatkan warga. Sementara NUmart dalam proses, insyallah saat launching sudah bisa,” imbuhnya.
Bagi pemegang kartaNU berjenis Gold dan Platinum bisa langsung memanfaatkan ekartanu. “Bagi yang tidak memiliki kartanu bisa juga memanfaatkan ekartanu tentu dengan harga yang berbeda tapi masih sangat murah dibandingkan dipasaran,” tegas Pria berkacamata ini.
Berikut link di Google play:  KLIK SINI
Sumber : SEPUTAR NU

Assalamualaikum wr. wb.
Pak ustad yang baik hati, saya mau menanyakan mengenai hal yang terkait dengan aqiqah. Kalau anak laki-laki itu dua kambing, sedang jika anak perempuan itu satu kambing. Yang ingin saya tanyakan apakah boleh jika kambing yang untuk aqiqah itu saya uangkan, kemudian uang tersebut dibagikan kepada faqir-miskin sebagai aqiqah. Artinya, aqiqahnya bukan pakai kambing, tetapi uang yang senelai dengan kambing tersebut. Saya mohon penjelasan dari pak ustad, dan atas penjelasannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr. Wb (Ahmad/Purwodadi)
Waalaikumsallam wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Sebagaimana yang kita pahami, bahwa aqiqah adalah hewan yang disembelih sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt atas karunia-Nya, yaitu berupa lahirnya anak baik laki-laki atau perempuan.
Jadi, pada prinsipnya aqiqah merupakan salah satu bentuk taqarrub dan wujud rasa syukur kita kepada Allah swt, yang dalam konteks ini adalah menyembelih dua kambing jika anak yang lahir adalah laki-laki, dan satu kambing apabila perempuan.
Mengenai status hukum aqiqah menurut Zakariya al-Anshari adalah sunnah muakkadah dengan didasarkan kepada sabda Rasulullah saw sebagai berikut.
اَلْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى
“Seorang bayi itu tergadaikan dengan aqiqahnya, pada hari ketujuh disembelih hewan, dicukur rambutnya dan diberi nama” (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi).
Kandungan hadits ini menurut Zakariya al-Anshari adalah anjuran untuk mempublikasikan kebahagian, kenikmatan, dan nasab. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa aqiqah itu hukumnya sunnah muakkadah, dan tidak wajib karena ada hadits yang mengatakan,’Barang siapa yang senang (ingin) beribadah untuk anaknya maka lakukanlah’. Alasan lain yang menunjukkan bahwa aqiqah itu tidak wajib adalah bahwa yang dimaksud dengannya adalah mengalirkan darah bukan karena melakukan pelanggaran dan bukan pula nadzar.
وَالْمَعْنَى فِيهِ إظْهَارُ الْبِشْرِ وَالنِّعْمَةِ وَنَشْرِ النَّسَبِ. وَهِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ وَإِنَّمَا لَمْ تَجِبْ لِخَبَرِ أَبِي دَاوُدَ: “مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْسُكَ عَنْ وَلَدِهِ فَلْيَفْعَلْ” وَلِأَنَّهَا إرَاقَةُ دَمٍ بِغَيْرِ جِنَايَةٍ ، وَلَا نَذْرٍ فَلَمْ تَجِبْ كَالْأُضْحِيَّةِ

“Makna yang terkandung dalam hadits tentang aqiqah ini adalah anjuran mempublikasikan kebahagian, kenikmatan, dan nasab. Status hukum aqiqah itu sendiri adalah sunnah muakkadah, dan tidak wajib karena ada hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, ‘Barang siapa yang senang (ingin) beribadah untuk anaknya maka lakukanlah”. Di samping itu alasan lain yang menunjukkan bahwa aqiqah itu sunnah adalah karena yang dimaksudkan dengan aqiqah adalah mengalirkan darah bukan karena melakukan pelanggaran dan bukan pula nadzar. Karenanya tidak wajib sebagaimana udhhiyyah (kurban)” (Lihat Zakariya al-Anshari, Asna al-Mathalib Syarhu Raudl ath-Thalib, Bairut-Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, cet-1, 1422 H/2000 M, juz, 1, h. 547)
Sedangkan daging aqiqah dibagikan kepada fakir-miskin agar bisa membawa keberkahan kepada si anak yang diaqiqahi, dan sebaiknya daging tersebut dibagikan dalam kondisi sudah dimasak. Demikian menurut pendapat yang paling sahih (al-ashshah).
وَيُفَرَّقُ عَلَى الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ لِتَعُودَ الْبَرَكَةِ عَلَى الْمَوْلُودِ وَيُسْتَحَبُّ أَنْ لَا يُتَصَدَّقَ بِهِ نِيئًا بَلْ مَطْبُوخًا عَلَى الْأَصَحِّ
“Daging aqiqah dibagikan kepada orang-orang fakir-miskin agar berkahnya kembali ke si anak, dan disunnahkan tidak disedekahkan dalam kondisi masih mentah, tetapi sudah matang (siap dimakan). Demikian ini menurut pendapat yang paling sahih” (Taqiyyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini, Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayah al-Ikhtishar, Surabaya-Dar al-‘Ilm, tt, juz, 2, h. 196).
Lantas bagaimana jika aqiqah itu diganti dengan uang? Jawaban kami atas pertanyaan ini adalah bahwa aqiqah tidak bisa digantikan dengan uang. Sebab, sejatinya aqiqah adalah mengalirkan darah atau menyembelih hewan. Yaitu, dua kambing untuk anak laki-laki, dan satu kambing untuk anak perempuan. Dan ini termasuk salah bentuk taqarrub atau ibadah yang status hukumnya adalah sunnah muakkadah. Dalam sebuah hadits shahih dikatakan;
مَعَ الْغُلاَمِ عَقِيقَةٌ فَأَهْرِيقُوا عَنْهُ دَمًا ، وَأَمِيطُوا عَنْهُ الأْذَى
“Bersama seorang bayi itu ada aqiqah, maka alirkan darah untuknya (aqiqah), dan singkirkan hal yang mengganggunya (mencukurnya).” (H.R. Bukhari)
Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Bagi orang tua yang yang anaknya belum diaqiqahi maka sebaiknya kalau sudah dapat rejeki segera diaqiqahi. Dan kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu’alaikum wr. wb

Sumber : ANSORNews

Mengapa Gus Dur mencintai Indonesia? Karena beliau manusia pesantren. Sedangkan keindonesiaan adalah salah satu unsur utama jati diri inti pesantren. George McTurnan Kahin (1918 - 2000, Cornell University, USA), menuliskan hasil penelitian sejarahnya dalam "Nationalism and Revolution in Indonesia" (Cornell University Southeast Asia Program, 1952), bahkan menandaskan kesimpulan bahwa "nasionalisme Indonesia berakar pada tradisi Islam Nusantara": pesantren!

Sejak Terusan Suez dibuka (1859) membedah daratan beting antara Laut Tengah dan Laut Merah, perhubungan Eropa - Asia dengan transportasi laut tidak lagi harus memutari Tanjung Afrika, tapi potong kompas lewat Terusan Suez, melintasi Teluk Aden, terus ke arah Timur hingga Nusantara. Sejak saat itu, jalur pelayaran Eropa - Nusantara pergi-pulang kian ramai, dan pelabuhan Jeddah menjadi salah satu persinggahan penting. Maka sejak paruh akhir abad ke-19 terjadi lonjakan luar biasa perjalanan haji dari antero Nusantara: Andalas, Jawa, Borneo, Celebes, Maluku, Sumbawa dan pulau-pulau lainnya. Kebersamaan selama berbulan-bulan pelayaran dan bertahun-tahun mukim di Hijaz diantara para "jamaah haji" yang merupakan kader-kader unggulan kalangan pesantren itu menumbuhkan rasa senasib dan persaudaraan yang terus menguat menggiligkan "tekad sebangsa", dan dengan penuh gairah mereka tanamkan kepada masyarakat lahan khidmah mereka sepulang dari Tanah Suci.

Pada 1912, Haji Oemar Said, seorang keturunan dari Kyai Kasan Besari (Pesantren Tegalsari, Ponorogo), mendirikan Syarikat Islam, organisasi politik pertama di Hindia Belanda yang menetapkan "Perjuangan Menuju Kemerdekaan Indonesia" sebagai haluannya. Pada waktu itu, Kyai Wahab Hasbullah yang masih mukim di Makkah pun mendirikan SI Cabang Makkah. Pada saatnya nanti, di Tanah Air, Kyai Wahab menginisiasi berdirinya Nahdlatul Wathan, kemudian --dibawah perlindungan gurunya, Kyai Hasyim Asy'ary-- Nahdlatul Ulama (1926). "Soempah Pemoeda"yang dilahirkan oleh Kongres Pemoeda 1928, adalah kulminasi awal dari keseluruhan proses tersebut.

Kyai Maimoen Zubair meriwayatkan bahwa ketika beliau mondok di Tambak Beras dan belajar di sekolah "Syubbaanul Wathan" disana, setiap hari sebelum masuk kelas murid-murid diwajibkan menyanyikan sebuah lagu yang diciptakan oleh Kyai Wahab Hasbullah pada tahun 1934. Nusron Wahid dan Yaqut C. Qoumas sowan kepada Kyai Maimoen di Sarang, Rembang, untuk memohon ijazah lagu itu, dan didapatlah syair yang tak pernah beliau lupakan:

يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن
حُبُّ الْوَطَن مِنَ الْإِيْمَان
وَلَا تَكُنْ مِنَ الْحِرْمَان
اِنْهَضُوْا أَهْلَ الْوَطَن

إِنْدُونَيْسيَا­ بِيْلَادِيْ
أَنْتَ عُنْوَانُ الْفَخَامَا
كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْمَا
طَامِحًا يَلْقَ حِمَامَا

"Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah, hai bangsaku!

Indonesia negriku
Engkau Panji Martabatku
S'yapa datang mengancammu
'Kan binasa dibawah dulimu!"

Kyai Fuad Affandi, pengasuh Pondok Pesantren Al Ittifaq, Ciwedey, Bandung, seorang satri dan khadam Kyai Ma'shoem Lasem, meriwayatkan dhawuh gurunya (Mbah Ma'shoem),

"Pada lambang NU itu ada tali yang tersimpul. Itulah tali pengikat Indonesia. Kalau tali itu lepas, Indonesia akan meleleh seperti gelali!"

Bagi pesantren dan NU, Indonesia adalah martabat. Harga diri. Memproklamirkan­ kemerdekaan Republik Indonesia adalah merebut harga diri. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mempertahankan harga diri. Memperjuangkan Cita-cita Proklamasi adalah memperjuangkan martabat kemanusiaan.

Kyai Bisri Mustofa hanya mengenyam sekolah "Ongko Loro" ("Angka Dua", Inlandsche School, jenjang sekolah dasar dua tahun dengan bahasa pengantar Jawa untuk pribumi jelata di jaman Belanda). Ada seorang kerabat yang priyayi hendak mendaftarkannya­ ke HIS (Hollandsch-Inl­andsche School, sekolah dengan bahasa pengantar Belanda untuk anak-anak priyayi), tapi keburu ketahuan Kyai Kholil Harun, yang lantas mencegah,

"Jangan sampai kamu jadi londo!" kata beliau, "ayo ikut aku saja!"

Sejak saat itu (usia sekitar 15 tahun) Mashadi (nama kecil Kyai Bisri) belajar di pesantren Kyai Kholil, mengunyah ilmu-ilmu agama langsung dengan "bahasa aslinya", Bahasa Arab, bahkan secara khusus menekuni seluk-beluk Bahasa Arab sebagai modal prinsip untuk memahami agama secara otentik. Belakangan, sesudah diambil menantu, Kyai Kholil Harun mengirimnya ke Makkah untuk bertabarruk kepada Tanah Suci dan berguru kepada para masyayikh disana selama dua tahun. Walaupun semua itu, Kyai Bisri tidak lantas menjadi kearab-araban, apalagi Arab-minded. Indonesia tertanam hingga merasuk ke sumsum tulangnya.

Aku masih kanak-kanak ketika malam itu nonton tivi berdua dengan beliau. Di layar tivi ada orang Arab ngomong entah apa. Yang tertangkap olehku hanya ucapan: "...Induuniisiy­yaa... Induuniisiyyaa.­.."

"Brakk!!" aku kaget oleh suara meja digebrak tiba-tiba.

"Orang Arab ini sombongnya mintak ampun!" Mbah Kung bersungut-sungu­t, "kenapa harus 'in-duu-nii-siy­-yaa'? Masak ngomong 'In-do-ne-sia' saja nggak bisa? Dasar sombong!"

https://www.facebook.com/pages/Dukung-NU-Mendirikan-TV-NU-Nusantara/120416661356120


Kisah ini mungkin telah sering kita dengar. Namun, sekedar mengingatkan kembali tentang perjuangan wanita mulia ini, semoga dapat mengembalikan ghirah kita untuk juga bisa menteladani beliau, wanita yang ‘berhati baja’.

Nusaibah Binti Ka’ab radhiyallahu anha, namanya tercatat dalam tinta emas penuh kemuliaan. Bahkan kematiannya mengundang ribuan malaikat untuk menyambutnya.

Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang beristirahat di bilik tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud. Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik. Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya.

“Suamiku tersayang”, Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu. Malah isterinya. Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”

Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.

Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru sahaja gugur di medan perang.
Beliau syahid…”

Nusaibah tertunduk sebentar,
“Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan,

“Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

“Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”

Mata Amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri.

“Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur.”

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah.

Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan?..” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

“Inna lillah….” Nusaibah bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?..”

Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”

Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”

Nusaibah terperanjat. Ia memandang puteranya. “Kau tidak takut, nak?..”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”

Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah.

Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu tengkuknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diriku yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau wanita, ya Ibu….”

Nusaibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku wanita?.. Apakah wanita tidak ingin pula masuk ke Syurga melalui jihad?..”

Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda yang ada.

Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum.

“Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.

Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.

Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.

Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu.
Dinaiki kudanya.
Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.

Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang.

Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya. Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda. Peperangan terus berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.

Tiba-tiba Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada orang yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat ada tubuh yang bergerak-gerak dengan susah payah, dia segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu.

Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?..”

Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “Bagaimana dengan Rasulullah?.. Selamatkah baginda?..”

“Baginda Rasulullah tidak kurang suatu apapun…”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?.. Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih terluka parah, Nusaibah….”

“Engkau mau menghalangi aku untuk membela Rasulullah?..”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke medan pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus oleh sabetan pedang musuh.

Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah mendung, hitam kelabu. Padahal tadinya langit tampak cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.

Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya,

“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”

Subhanallah..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..

Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama Islam bisa sampai dengan damai kepada kita yang hidup di jaman sekarang.

Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla menempatkan mereka, dan kita semua di Syurga-Nya disamping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Aamiin..

Apa yang telah kita perbuat untuk menegakkan Dienullah Islam ?

---------'
Dari berbagai sumber


KAIRO | duta.co — Usai Konferensi Internasional di Universitas Al-Azhar, rangkaian kunjungan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siroj ke Mesir berikutnya adalah ziarah ke makam para sahabat, tabiin, tabiit-tabiin dan ulama. Di antaranya ziarah ke makam Sayyidina Husain bin Ali bin Abu Thalib di kawasan Old Kairo.

“Ayo kita tahlil,” ajak Kiai Said kepada WNI di Mesir sesampai di makam Sayyidina Husain.

Tahlil dengan bacaan khas Indonesia itu pun berkumandang. Kiai Said didapuk menjadi imam tahlil. Suasana benar-benar khusyuk hingga tahlil usai. Kiai Said pun sedikit memberikan nasehat kepada para mahasiswa NU yang mengikuti ziarah.

“Kalian harus membiasakan ziarah ke makam, langsung mendatangi makamnya, meski didoakan dari rumah juga sampai ke ahli kubur. Karena kita ini NU,” begitu pesan Kiai Said.

Ziarah dilanjutkan ke makam Syaikh Ibn Atha’illah as-Sakandari – ulama besar pengarang Kitab Al-Hikam.
Setelah tahlil di makam Sayyidina Husain bin Ali bin Abu Tholib, ia mengajak ziarah ke makam Ibn Atha’illah as-Sakandari. Sufi besar ini sangat mempengaruhi Kiai Said Aqil di samping Syeikh as-Syadzili.

“Masih ada waktu, kita ke makam Syaikh Ibn Atha’illah,” sarannya.

Selesai tahlil di makam Syeikh Ibn Atha’illah, Kiai Said Aqil kembali mengingatkan pentingnya ziarah kubur. Di samping itu juga mengenang kehidupan Syeikh Ibn Atha’illah, pengarang kitab Al-Hikam ini.

“Ilmu yang tinggi, luas wawasan itu tidak ada artinya saat seseorang tidak mampu menghadirkan kekhusyukan di dalam hatinya,” ujarnya.

Karena itu, imbuh Kiai Said, sejak dini hati manusia harus dilatih agar selalu berzikir kepada Allah. “Jadikan hati kita khusyuk tempat bersemayamnya Allah,” kata Kiai Said Aqil. (anw/ksf/kia)


Bagi Sahabat-sahabat yang berkeinginan untuk mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Dasar Gerakan Pemuda Ansor dan Pendidikan dan Latihan Dasar BANSER, silahkan ikuti INFO dalam PAMLET atau brosur terlampir.



Laporan Kunjungan KH. Said Aqil ke Al-Azhar Mesir sebagai undangan.

*KH Said Aqil Siroj Ajak WNI di Mesir Tahlil di Makam Cucu Rasulullah SAW Dan Para Ulama Besar

Kairo: Usai Konferensi Internasional di Universitas Al-Azhar, rangkaian kunjungan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA ke Mesir berikutnya adalah ziarah ke makam para sahabat, tabiin, tabiit-tabiin dan ulama. Di antaranya ziarah ke makam Sayyidina Husain bin Ali bin Abu Tholib di kawasan Old Kairo.

"Ayo kita tahlil," ajak Kiai Said Aqil Siroj sesampai di makam Sayyidina Husain.

Tahlil dengan bacaan khas Indonesia pun berkumandang. Kiai Said Aqil memimpin langsung bacaan tahlil. Suasana khusyu' tercipta hingga tahlil usai. Kiai Said Aqil pun sedikit memberikan nasehat kepada para mahasiswa NU yang mengikuti ziarah.

"Kalian harus membiasakan ziarah ke makam, langsung mendatangi makamnya meski didoakan dari rumah juga sampai ke ahli kubur. Karena kita ini NU," kata Kiai Said Aqil.

Setelah tahlil di makam Sayyidina Husain bin Ali bin Abu Tholib, Kiai Said mengajak untuk ziarah ke makam Ibn Atha'illah as-Sakandari. Sufi besar ini sangat mempengaruhi Kiai Said Aqil di samping Syaikh as-Syadzili.

"Masih ada waktu, kita ke makam Syaikh Ibn Atha'illah." Ajak Kiai Said Aqil Siroj.

Selesai tahlil di makam Syaikh Ibn Atha'illah, Kiai Said Aqil kembali mengingatkan pentingnya ziarah kubur. Di samping itu juga mengenang kehidupan Syaikh Ibn Atha'illah.

"Ilmu yang tinggi, luas wawasan itu tidak ada artinya saat seseorang tidak mampu menghadirkan kekhusyu'an di dalam hatinya," ujar Kiai Said Aqil.

Karena itu, imbuh Kiai Said Aqil, sejak dini hati manusia harus dilatih agar selalu berzikir kepada Allah. "Menjadikan hati kita khusyu' tempat bersemayamnya Allah," kata Kiai Said Aqil. Berikutnya ziarah dilanjut ke makam Imam Waqi'. (ANW/KSF/KIA).

Sumber : FB Santri Online


Buya Hamka diminta menshalati jenazah Bung Karno. Sebagian pihak mencegah Buya Hamka dengan alasan Bung Karno itu Munafik dan Allah telah melarang Rasul menshalati jezanah orang Munafik (QS al-Taubah:84). Buya Hamka menjawab kalem, "Rasulullah diberitahu sesiapa yang Munafik itu oleh Allah, lha saya gak terima wahyu dari Allah apakah Bung Karno ini benar Munafik atau bukan." Maka Buya Hamka pun menshalati jenazah Presiden pertama dan Proklamator Bangsa Indonesia.

Itulah sikap ulama yang shalih. Beliau sadar bahwa memberi label terhadap orang lain merupakan hak prerogatif Allah. Ciri-ciri Munafik yang disebutkan dalam al-Qur'an seharusnya membuat kita mawas diri, bukan malah digunakan untuk menyerang sesama Muslim, apalagi hanya karena perbedaan pilihan politik.

Larangan buat Rasul menshalati jenazah orang Munafik itu karena doa Rasul maqbul jadi tidak selayaknya Rasul turut mendoakan kaum Munafik. Akan tetapi para sahabat yang lain tetap menshalatkan orang yang diduga Munafik karena para sahabat tidak tahu dengan pasti mereka itu benar-benar Munafik atau tidak. Rasul hanya menceritakan bocoran dari langit sesiapa yang Munafik itu kepada sahabat yang bernama Huzaifah. Huzaifah tidak pernah mau membocorkannya meski didesak Umar bin Khattab. Walhasil Umar tidak ikut menshalati jenazah bila dia lihat diam-diam Huzaifah tidak ikut menshalatinya, tetapi Umar sebagai khalifah tidak pernah melarang sahabat lain untuk ikut menshalati jenazah tersebut. Belajarlah kita dari sikap Umar, Huzaifah dan Buya Hamka.

Masalah kepemimpinan umat itu buat Ahlus Sunnah wal Jama'ah (ASWAJA) bukan perkara aqidah. Lihat saja rukun iman dna rukun Islam kita tidak menyinggung soal kepemimpinan. Ini perkara siyasah, bukan aqidah. Jadi, ASWAJA tidak akan mudah mengkafirkan atau memunafikkan orang lain hanya gara-gara persoalan politik. Kalau ada yang sampai tega mengkafirkan sesama Muslim hanya karena persoalan politik dapat dipastikan dia bukan bagian dari ASWAJA.

Kitab Aqidah Thahawiyah yang menjadi pegangan ulama salaf mengingatkan kita semua:

‎. لا ننزل أحد منهم جنة ولا نارا، ولا نشهد عليهم بكفر ولا شرك ولا بنفاق ما لم يظهر منهم شيء
‎ من ذلك، ونذر سرائرهم إلى الله تعالى

"Kami tidak memastikan salah seorang dari mereka masuk surga atau neraka. Kami tidak pula menyatakan mereka sebagai orang kafir, musyrik, atau munafik selama tidak tampak lahiriah mereka seperti itu. Kami menyerahkan urusan hati mereka kepada Allah ta’ala".

Begitulah berhati-hatinya para ulama salaf menilai status keimanan orang lain. Apa yang tampak secara lahiriah bahwa mereka itu shalat, menikah secara Islam, berpuasa Ramadan, maka cukup mereka dihukumi secara lahiriah sebagai Muslim, dimana berlaku hak dan kewajiban sebagai sesama Muslim, seperti berta'ziyah, menshalatkan dan menguburkan mereka. Masalah hati mereka, apakah ibadah mereka benar-benar karena Allah ta'ala itu hanya Allah yang tahu. Itulah sebabnya Buya Hamka tidak ragu memimpin shalat jenazah Bung Karno.

Imam al-Ghazali juga telah mengingatkan kita semua dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah:

‎ولا تقطع بشهادتك على أحد من أهل القبلة بشرك أو كفر أو نفاق؛ فإن المطلع على السرائر هو الله تعالى، فلا تدخل بين العباد وبين الله تعالى، واعلم أنك يوم القيامة لا يقال لك: لِم لمَ تلعن فلانا، ولم سكت عنه؟ بل لو لم تعلن ابليس طول عمرك، ولم تشغل لسانك بذكره لم تسأل عنه ولم تطالب به يوم القيامة. وإذا لعنت أحدا من خلق الله تعالى طولبت به،

“Janganlah engkau memvonis syirik, kafir atau munafik kepada seseorang ahli kiblat (orang Islam). Karena yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati manusia hanyalah Allah SWT.  Jangan pula engkau ikut campur dalam urusan hamba-hamba Allah dengan Allah SWT. Ketahuilah, bahwa pada hari kiamat kelak engkau tidak akan ditanya : 'mengapa engkau tidak mau mengutuk si Anu? Mengapa engkau diam saja tentang dia?' Bahkan seandainya pun kau tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak akan dituntut oleh Allah nanti di hari kiamat. Tetapi jika kau pernah mengutuk seseorang makhluk Allah, kelak kau akan dituntut (pertanggungjawabannya oleh Allah SWT)".

Belakangan ini di medsos seringkali banyak yang berkomentar "anda muslim?" untuk meragukan dan mempertanyakan keislaman orang lain hanya karena berbeda pendapat. Atau menjadi viral saat ini ajakan untuk tidak menshalatkan jenazah mereka yang memilih pemimpin non-Muslim karena dianggap Munafik. Penjelasan saya di atas telah menunjukkan bahwa sikap meragukan keislaman orang lain dan mudah memvonis orang lain Munafik adalah sikap yang tidak pantas dilakukan sesama Muslim. Para sahabat Nabi dan ulama salaf akan berhati-hati dalam soal ini.

Mari kita jaga ukhuwah keislaman, ukhuwah kebangsaan, dan ukhuwah kemanusiaan.

Tabik,

Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia - New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School


Kiai Said Suatu hari di tengah Jalan Tol sepulang dari Surabaya

Driver "wah Bocor nih kayaknya vidz"
akuh "minggir dulu mang, ganti ban"
Kyai "ada apa vidz"
Akuh "Maaf kyai,,, ban bocor,, kiranya berkenan menunggu"
Kyai "oh ya..." sembari memejamkan mata kembali untuk istirahat di dalam mobil.

Satu Jam kemudian, keringat sudah mengucur, terik matahari makin menyengat, lalu lintas makin padat, bahkan sudah dua mobil patroli menawarkan bantuan, alat-alat sudah dicoba semua.

Driver "wah,,, kuncinya slek vidz,,, terlalu kecil,,, bautnya ada yang beda satu nih... gimana, harus panggil bengkel resmi"
Akuh "saya tawarkan dulu ke kyai ya,,, apa mau menunggu atau dijemput Driver lainnya"
Akuh "maaf kyai,,, ban tidak bisa dibuka, harus dipanggilkan bengkel resmi, berkenan kyai untuk saya panggil Driver supaya jemput disini"
Kyai "tidak perlu,,, panggil bengkel saja, kita keluar tol terdekat dulu,,, dan cari tempat yang rindang"
Aku "baik kyai, laksanakan"

Sembari membereskan semua alat-alat...
Akuh "Mang, panggil bengkel resmi dan kita keluar tol dulu cari tempat yang rindang, ketemu bengkel disana"
Driver "Oks"

Keluarlah kami dari tol dengan kondisi ban bocor,,, tempat rindang tidak ditemukan,,, pintu tol merayap karena jam makan siang,,, akhirnya kita berhenti di depan Minimarket arah jalan Antasari ( bukan antasari Azhar :D )

Kyai "bagaimana vidz,,, bengkelnya sudah arah kesini belum "
Akuh "belum kyai,,, kena macet,,, berkenan untuk dijemput saja kyai daripada menunggu lama disini kurang kondusif"
Kyai "tidak perlu, kita tunggu saja disini,,,belikan air minum saja, Kopi atau air mineral"

Aku segera bergegas masuk ke Minimarket sembari melirik Kyai yang perlahan menuju tempat duduk kusam tempat bapak2 tukang parkir berjaga.

Aku menghampiri kyai yg sudah duduk ditemani Juru Parkir. Terlihat keringat sudah bercucuran pertanda ia kepanasan. Akhirnya ...

Kyai "Vidz,,, kamu tunggu disini saja,,, saya pulang dulu naik taxi ya,,, kita jalan ke seberang sana supaya taxi tidak memutar balik,,, kasihan macet,,, Ohya jangan lupa... Pak Juru Parkir dikasih rokok sebungkus dan minuman ya... ayo kesana"
Akuh "baik kyai,,, mari" sembari menggandeng tangan beliau menyeberang jalan, sambil tak peduli banyak sekali pengguna jalan yang "heran" dengan wajah familier kyai. (Maklum waktu itu masih hangat2nya demo yang oleh beliau dilarang)

Tiba-tiba... sreeeetttt. Sebuah mobil Harier berplat LEMHANNAS berhenti, nampak dari Jendela seseorang bicara "Kyai,,, koq jalan kaki,,, saya antar saja kyai ke rumah".

Tanpa bicara,,, kyai cuma mengatupkan kedua telapak tangan ke dada,,, pertanda maaf tidak perlu.

Akhirnya.... setelah lama menunggu Taxi datang.... tergopoh Driver Taxi akan membukakan pintu ... tapi saya tahan...

Semoga sehat selalu kyaiku....
Semoga berkah Driver Taxi

Dituturkan oleh Hafidz Ismail (Asisten Kiai Said Aqil Siroj)

Semoga Kiai Said Panjang umur, sehat wal 'afiyah Aamiin Allohumma Aamiin....


Pada suatu hari seorang ulama besar bernama Ibrahim bin Adham melewati sebuah pasar yang ada di Kota Basrah. Melihat kedatangannya orang-orang menyambut beliau dan salah seorang diantara mereka berkata, “Wahai Syeikh Ibrahim, bertahun-tahun kami berdo'a kepada Alloh tapi sampai sekarang belum mendapatkan ijabah, padahal Alloh SWT berfirman; bahwa kita diperintahkan untuk berdo'a kepada-Nya niscaya pasti dikabulkan..!”

Mendapatkan pertanyaan ini beliau menjawab, “Wahai penduduk Bashroh, do'a kalian tak kunjung dikabulkan karena hati kalian mati dengan sepuluh hal berikut ini,
1. Kalian mengerti kewajiban kepada Alloh SWT  tapi tidak kalian kerjakan,
2. Kalian membaca kitab suci Al-Quran, akan tetapi kalian enggan mengamalkannya,
3. Kalian mengaku cinta kepada Rasululloh SAW akan tetapi kalian tidak pernah mengamalkan sunnah-sunnahnya,
4. Kalian menyatakan dengan tegas, benci dan bermusuhan dengan syetan akan tetapi kalian justru patuh dengan ajakannya,
5. Kalian selalu menyatakan ingin masuk syurga tapi enggan beramal baik untuk mendapatkan nya,
6. Kalian mengaku takut neraka akan tetapi melakukan pekerjaan yang bisa menjerumuskan diri kalian di dalamnya,
7. Kalian percaya akan datangnya kematian akan tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menyambutnya,
8. Kalian sering mengantar mayit ke kuburan tapi tidak pernah merenung bagaimana jika itu menimpa kalian,
9. Kalian mendapatkan nikmat dari Alloh SWT tapi kalian sering lupa untuk mensyukurinya,
10. Kalian sibuk mengoreksi kesalahan orang lain, sibuk dengan hal-hal di luar sana tapi kalian lupa berintrospeksi diri terhadap diri dan lingkungan kalian.”

Sumber : Kitab Hilyatul Auliya, hal : 430.

Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

اللهم صل على من فضله فينا مبين  ، امام المحسنين  والمتقين، قمرالوجود حميد المحمود شافى للارواح والقلوب، سيدنا محمد الحبيب المحبوب واله وصحبه هم اهل الركوع والسجود


Kamis, 02 Maret 2017

Oleh Muhtar Said

Prof KH Mohammad Tolhah Mansoer (akrab dipanggil dengan nama Tolhah) lebih dikenal sebagai seorang Kyai dan penggerak daripada seorang aktor intelektual dalam bidang hukum tatanegara. Padahal beberapa karya dan pemikirannya telah mampu memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu hukum tatanegara di Indonesia.

Pada tahun 1969 dibawah bimbingan Prof. Abdul Gaffar Pringgodigdo, Tolhah mampu merampungkan disertasinya yang berjudul “Pembahasan Beberapa Aspek tentang Kekuasaan-kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Negara Indonesia”. Disertasinya diselesaikan melalui kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Bagi Tolhah, kekuasaan eksekutif dan legislatif perlu dibedakan, kedua jenis kekuasaan tersebut tidak bisa dicampuradukan ranah kerjanya. Hal ini diperlukan supaya model check and balance diantara keduanya terjaga. Kedua ranah kekuasaan tersebut harus mempunyai pekerjaan yang berbeda.

Untuk menjaga agar dua wilayah kekuasaan itu maka, dibutuhkan Balance of Power supaya tidak ada ketimpangan diantara keduanya. Ketika kedua lembaga kekuasaan tersebut mempunyai kekuatan yang berimbang maka tidak akan ada yang seenaknya memonopoli kebijakan.

Tholhah menyadari betul arti pentingnya balance of power, sehingga pemikirannya itu ia catat dalam karyanya. Melihat itu semua maka, tidak heran jika isi disertasi Tolhah tentang gambaran ideal mengenai ranah kerja eksekutif dan legislatif. Bisa jadi, apabila penemuan-penemuan Tolhah yang tercantum dalam disertasinya itu diterapkan kedalam sistem ketatanegaraan di Indonesia, memungkinkan bisa menjadi pedoman bagi Indonesia menuju good govenernance.

Karya Tolhah menjadi istimewa lagi, karena pada waktu yang bersamaan muncul gelombang liberalisasi politik, ekonomi, dan kebudayaan di seluruh dunia (Jimly Asshiddiqie, 2006 :65). Sehingga Tolhah “ditantang” untuk memberikan karya otentik yang bercirikhas budaya Indonesia, bukan malah menjadi agen dari paham liberal yang mudah diterima oleh banyak kalangan cendekiawan di bumi nusantara ini. 

Sebagai orang yang lahir dari kalangan santri, Tolhah juga tidak menginginkan adanya faham liberal yang menguasasi sendi-sendi sistem ketatanegaraan Indonesia. Namun, Tolhah sendiri juga tidak menginginkan adanya sistem totalitarian menguasai Indonesia. Dalam hal mencermati fenomena ini, Tolhah menggunakan cara-cara Nahdlatul Ulama (NU) yakni menggunakan cara pandang tawasuth, berpikiran tengah-tengah atau moderat dalam menyikapi sesuatu. 

Ahli Hukum Tata Negara Pasca Proklamasi

Cara pandang moderat ini digunakan oleh Tolhah ketika mengkaji sistem pemerintahan di Indonesia. Pada tahun 60-an sistem pemerintahan Indonesia terdapat ketidakjelasan pemisahan kekuasaan antara legislatif dan eksekutif. Pada masa ini, eksekutif lebih berkuasa daripada legislatif, sehingga eksekutif bisa dengan mudahnya mengontrol tugas dan wewenang legislatif.

Wilayah eksekutif menjadi lebih istimewa daripada legislatif itu tidak bisa dipungkiri pada waktu orde lama dan orde baru berkuasa, karena pada waktu itu pemerintah menganut faham negara integral, kekuasaan terpusat. Keistimewaan ini terjadi dibanyak hal, termasuk dalam ranah “pendapatan”. Mahbub Junaidi seorang intelektual muda saat itu pernah menyindir melalui tulisannya yang berjudul “Demokrasi: Martabat dan Ongkosnya”. Tulisan ini menceritakan tentang lemahnya organ legislatif di Indonesia. 

Tolhah merupakan ahli hukum tatanegara yang berani menyuarakan adanya ketidakberesan sistem tatanegara Indonesia. Dalam hal menyuarakannya, Tolhah lebih memilih melalui jalur akademik, salah satunya melalui karya disertasinya yang berjudul “Pembahasan Beberapa Aspek tentang Kekuasaan-kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Negara Indonesia”.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, disertasi Tolhah itu lahir di tengah-tengah gelombang liberalisasi politik dan otoritarianisme eksekutif yang “menyelimuiti” wajah sistem pemerintahan di Indonesia memberikan daya tarik tersendiri bagai para kalangan akademisi hukum tatanegara masa kini, karena dirasa mampu menjaga orisinalitas pemikiran, tidak condong mengikuti arus yang digelontorkan oleh bangsa barat ke Indonesia, juga tidak menjadi legitimasi akademik bagi pemerintahan otoriter pada waktu itu.

Keunikan karya yang dibuat oleh Tolhah tersebut mampu menjadi daya tarik bagi ahli hukum tatanegara saat ini untuk merujuknya. Jimly Asshiddiqie dan Mahfud merupakan tokoh atau ahli hukum tata negara kekinian yang sering merujuk karya Tolhah.

Pemikiran Tholhah dalam sistem ketatanegaraan ini, seolah-olah menjadi jembatan antara ilmu tatanegara sebelum prokalamasi dengan perkembangan ilmu tatanegara pasca proklamasi. Hal itu bisa terjadi karena karyanya lahir di tengah-tengah peralihan pemerintahan orde lama ke pemerintahan orde baru.

Soepomo dan Muhammad Yamin Ahli apa?

Tholhah bersama Ismail Suny (Fakultas Hukum Universitas Indonesia) merupakan generasi awal munculnya ahli hukum (murni) tatanegara di Indonesia semenjak proklamasi dikumandangkan. Sebelum Ismail Suny dan Tolhah, Indonesia belum pernah mempunyai sosok ahli hukum yang memang murni bergerak dalam hukum tatanegara. 

Bisa jadi gelar tersebut (ahli hukum tatanegara murni) dianggap berlebihan, karena sebelum era Tolhah dan Ismail Suny sudah ada orang-orang yang mempunyai peran (lebih daripada Tolhah dan Ismail Suny) dalam membangun sistem negara Indonesia, yakni Soepomo dan Muhammad Yamin.

Tidak bermaksud merendahkan Soepomo dan Muhammad Yamin, kedua punggawa ini merupakan ahli hukum tatanegara yang dilahirkan bukan dari rezim ilmu hukum tatanegara. Soepomo merupakan ahli hukum yang lahir dari rezim ilmu hukum adat. Soepomo ditasbihkan sebagai ahli hukum tatanegara, karena ada unsur “keterpaksaan”. Pada saat sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), Soekarno tidak mempunyai ahli hukum lain yang mampu membuat draff Undang-Undang Dasar (UUD) kecuali Soepomo. Demi percepatan, maka dengan isidental Soekarno menyuruh Soepomo untuk membuat UUD. Dari peristiwa ini jadilah nama Soepomo dikenang sebagai penata sistem ketatanegaraan Indonesia, sehingga banyak kalangan yang melabelinya sebagai ahli hukum tatanegara juga.

Sedangkan Muhammad Yamin mempunyai cerita lain. Tidak bisa dipungkiri peran Yamin dalam menata sistem pemerintahan republik Indonesia sangat terasa, terutama dalam hal merumuskan sistem unitaris di Pemerintahan Indonesia. Adanya pemerintahan pusat sampai dengan pemerintahan daerah tidak bisa dilepaskan dari usulannya. Meskipun demikian, sistem-sistem tersebut bukanlah murni dari dirinya sendiri.

Di dalam karyanya Yamin yang berjudul “Sapta Parwa”, dirinya lebih banyak menceritakan sistem pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Bagi Yamin, sistem pemerintahan kerajaan Majapahit dan Sriwijaya itu akan cocok diterapkan sebagai sistem pemerintahan. Jadi, pemikiran Yamin berisikan anjuran untuk meniru, meskipun ada beberapa inovasi yang telah dibuat oleh Yamin.  

Dari sinilah kemudian banyak orang yang menyebut Yamin sebagai ahli sejarah, bukan hanya itu saja, Yamin juga dijuluki sebagai ahli bahasa, karena peranannya dalam menata bahasa Indonesia. Kedua gelar ini mampu menyisihkan pemikiran ketatanegaraan yang dimiliki oleh Yamin.

Supaya tidak terkesan membandingkan pemikiran Tolhah dengan Soepomo dan Yamin maka, penulis memberikan gelar kepada Tolhah sebagai ahli hukum tatanegara pasca proklamasi. Sedangkan Soepomo dan Yamin merupakan tokoh hukum yang lahir sebelum Proklamasi.***

Penulis adalah Alumni Ponpes Al-Barokah, Penggaron Kidul, Semarang; Dosen Ilmu Hukum di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia, Jakarta.


Sumber : NU.OR.ID

Menikah adalah sunah Nabi Muhammad SAW yang pelaksanaannya sangat dianjurkan bagi umat Islam. Bahkan Nabi pernah melarang sahabat yang berniat untuk meninggalkan nikah agar bisa mempergunakan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah, karena hidup membujang tidak disyariatkan dalam agama.

Suatu ketika ada tiga rombongan datang bertamu ke salah satu istri Rasulullah SAW menanyakan perihal tentang ibadah sunah yang dikerjakan oleh beliau. Setelah rombongan tersebut merasa cukup jawaban dari istri Nabi tersebut.

Kemudian mereka yang tergabung dalam rombongan tersebut saling memandang. Salah satu diantara mereka melempar pertanyaan, "Manakah Ibadah sunah Nabi Muhammad SAW  yang telah kita kerjakan, yang ibadah tersebut dapat mengampuni dosa-dosa kita baik yang sudah lampau maupun dosa yang akan datang".

Salah seorang yang tergabung dalam rombongan pertama menjawab, "Aku telah sholat sepanjang malam".

"Aku telah berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah berbuka" sahut orang yang tergabung dalam rombongan kedua.

Salah seorang yang tergabung dalam rombongan yang ketiga pun tidak mau ketinggalan perihal ibadahnya.

"Aku telah menjauhi wanita, dan aku tidak mau menikah selamanya,” jelasnya.

Tiba-tiba Rasulullah SAW mendatangi kerumunan tiga rombongan dan berkata,"Kalian telah berkata begini dan begitu, tapi demi Allah aku adalah manusia yang paling takut kepada-Nya. Oleh karena itu, salah berpuasa, sholat, tidur, dan menikah. Barang siapa yang tidak suka dengan sunahku (nikah), maka bukan golonganku".

Untuk itu, manusia disyariatkan untuk menikah. Pernikahan adalah suatu peristiwa yang fitrah, dan sarana paling agung dalam memelihara keturunan dan memperkuat hubungan antar sesama manusia yang menjadi sebab terjaminnya ketenangan cinta dan kasih sayang. 

(Ahmad Rosyidi)

Disarikan dari kitab Jawahirul Bukhari wa Syarhul Qasthalani karya Musthafa Muhammad 'Imarah, halaman 227, Penerbit Daar al-Kutub al-Alamiyah.

Sumber : NU.OR.ID

SUPPORTED BY

MUTIARA HIKMAH

“Ingatlah.. Allah selalu memberikan kelebihan dibalik kekurangan. Allah selalu memberikan Kekuatan dibalik kelemahan.”

“Ketika perjalanan hidup terasa MEMBOSANKAN. Maka Allah menyuruh kita untuk banyak BERSYUKUR.”

“Ketika kesedihan menjatuhkan AIR MATA Maka Allah meminta kita untuk berusaha TERSENYUM .”

“Kegagalan dalam hidup merupakan salah satu proses untuk menuju sukses.”

TERJEMAHKAN

Diberdayakan oleh Blogger.

NU PEDULI

INFO KARTANU ATM

POST ANSORUNA

PEPELING

“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Luqman: 34)