JAKARTA- Awal tahun 2000-an marak pemuda dan pemudi meluruskan rambutnya atau lazim dikenal dengan istilah rebonding. Agar dikatakan gaul waktu itu, pemuda harus merebonding rambutnya. Apalagi pemuda yang berambut ikal atau keriting, kesempatan untuk mengubah penampilan dengan rambut lurus.
Saking maraknya waktu itu, hingga rebonding masuk ke kampung-kampung. Salah seorang putra kiai kampung sebut saja fulan yang memiliki rambut ikal juga ikut rebonding berubahlah rambutnya menjadi lurus dan klimis.
“Diapakan itu rambut kamu kok berubah jadi lurus?” tanya kiai kampung ke fulan. Fulan pun menjawab “Direbonding bah (abah-red) jadi lurus,”. “Ohhh, bukan pakai rambut palsu ya?” kembali mencecar putranya. “Bukan bah, ini rambut asli saya cuma berubah setelah di rebonding,” jelas fulan.
Si Abah merasa perlu menanyakan hal tersebut untuk menambah wawasan. Selain itu juga untuk menyiapkan jawaban hukum agama jika ditanya umat.
Suatu hari, Kiai kampung mendapatkan jadwal sholat maghrib di musholah daerahnya. Lazimnya imam menoleh ke belakang kanan dan kirinya sambil mengingatkan makmum. “Tolong, shaf dirapatkan dan di rebonding!,” ucap kiai kampung percaya diri. Makmum yang mayoritas anak muda termasuk putranya sendiri hanya bisa menahan tawa.
Sumber : SEPUTAR NU